Jakarta – Industri pariwisata Amerika SerikatĀ (AS) diperkirakan kehilangan pendapatan sekitar USD 30 miliar (atau sekitar Rp 496, 55 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.551)) tahun ini.
Hal ini terjadi karena kondisi politik yang memanas dan menguatnya mata uang dolar AS terus menghambat minat turis asing untuk berkunjung.
Menurut proyeksi awal U.S. Travel Association pada awal 2025, pengeluaran turis asing di AS diperkirakan mencapai USD 200,8 miliar. Namun, World Travel & Tourism Council (WTTC) merevisi proyeksi tersebut pada Mei, mencatat adanya penurunan tajam dalam jumlah kedatangan turis.
Dilansir dari CNBC pada, Kamis, (18/9/2025), WTTC kini memprediksi pendapatan dari turis asing hanya akan menyentuh USD 169 miliar atau Rp 2.797 triliun pada akhir tahun.
Wisatawan Beralih ke Negara Lain
Hilangnya pendapatan ini justru menguntungkan negara-negara lain, khususnya Kanada dan negara-negara di Amerika Latin. Para turis kini mencari destinasi alternatif atau memilih untuk berwisata di dalam negeri atau regional sendiri.
Data dari U.S. International Trade Administration menunjukkan, pada paruh pertama 2025, jumlah kedatangan turis dari Kanada ke AS anjlok hampir 18%, atau setara dengan lebih dari 1.750.000 kunjungan.