Jakarta – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono tak menutupi jika 40 persen gabah petani masih dijual di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Kendati begitu, ia menyebut kebanyakan masih terserap di atas harga patokan sebelumnya.
Wamentan lantas membandingkan serapan gabah petani ketika HPP masih Rp 6.000 per kg. Namun, itu tak bisa terserap maksimal lantaran Perum Bulog kala itu membelinya beras, bukan gabah petani.
Sekarang (HPP gabah) sudah Rp 6.500 per kg. Betul ada 40 persen yang di bawah Rp 6.500 per kg, tapi saya sisir lagi yang 40 persen itu. Yang dibeli di atas Rp 6.000 per kg lebih tinggi daripada HPP tahun sebelumnya. Itu jauh lebih besar porsinya, ungkapnya di SPP Karawang, Kamis (15/5/2025).
Jadi yang di bawah di angka kepala 5, Rp 5.000an per kg tuh kecil sekali. Itu terjadi di daerah-daerah yang jauh-jauh, ada yang di Sumsel, ada yang di Bengkulu, kemudian Papua Selatan dan seterusnya, tegas Wamentan.
Oleh karena itu, ia berkesimpulan, meskipun harga gabah terserap di bawah HPP, tetapi petani diklaim tetap mendapat pemasukan lebih baik dari kebijakan sebelumnya.
Artinya, so far harga itu masih lebih baik. Ini bukannya saya menghibur diri sendiri, tapi so far harga itu masih lebih baik dibandingkan HPP di tahun sebelumnya, kata Wamentan.
Jadi Catatan bagi Bulog
Menurut dia, ini jadi catatan tersendiri bagi Perum Bulog yang tengah membawa prestasi. Dengan rekor stok cadangan beras pemerintah (CBP) hingga 3,7 juta ton, dan serapan 2,1 juta ton pada periode Januari-Mei 2025.
Maksud saya begini, sudah diambil oleh Bulog 2,1 juta ton, itu harga gabah trennya turun. Sudah diambil 2 juta ini beras, tapi harganya itu kalau enggak kita jagain, itu trennya maunya turun, sebut dia.