Jakarta – USDT yang diterbitkan Tether terus mendominasi pasar Stablecoin. Hal ini seiring pasokan sentuh titik tertinggi.
Melansir Cryptonews, Rabu (25/6/2025) pasokan USDT telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa mencapai USD 156,1 miliar (Rp2,5 kuadriliun). 90% dari pasokan tersebut terkonsentrasi hanya pada dua jaringan, yaitu Ethereum dan Tron.
Lebih dari separuh stablecoin USDT, atau 50,47% di antaranya kini berada di Tron (TRX), sementara hampir 40% ada di Ethereum (ETH).
Sementara itu, kurang dari 10% pasokan USDT didistribusikan ke blockchain lain, termasuk BNB Chain, Solana, Cosmos, Avalanche, dan lainnya. Stablecoin USDC yang diterbitkan Circle telah mendapatkan lebih banyak daya tarik di banyak rantai yang lebih kecil.
Misalnya, Solana menampung USDC senilai hampir USD 7,5 miliar (Rp122,1 triliun) dibandingkan dengan USDT yang hanya USD 2,3 miliar (Rp37,4 triliun). Namun, meskipun popularitas USDC meningkat, dominasi USDT sebagian besar tetap stabil.
Saat ini, USDT menyumbang 62,10% dari pasokan stablecoin di seluruh rantai, sementara USDC menguasai sekitar 24%. Namun, dominasi USDT menurun menjelang akhir tahun 2024, bertepatan dengan penerapan peraturan stablecoin MiCA Uni Eropa.
Alih-alih mencoba mematuhi peraturan MiCA, Tether memilih untuk menarik diri sepenuhnya dari pasar. Tether telah menghentikan penerbitan Stablecoin EURT, serta menghadapi delisting di beberapa bursa utama.