Jakarta – Bitcoin dikenal selalu mengalami koreksi tajam setelah mencapai puncak harga dalam setiap siklus bullish. Data yang dianalisis oleh EGRAG Crypto menunjukkan pola penurunan besar di masa lalu:
- 2011: turun sekitar 93% dari puncak
- 2013: turun 86%
- 2017: turun 84%
- 2022: turun sekitar 77% setelah puncak 2021.
Rata-rata, koreksi mencapai 85%. Berdasarkan pola ini, EGRAG memperkirakan siklus berikutnya bisa memicu penurunan 70–80%, meskipun tidak ada jaminan.
Menurut model pasar EGRAG, dikutip dari cryptopotato, Sabtu (20/9/2025), Bitcoin masih berpotensi naik lebih tinggi sebelum koreksi besar dimulai.
Proyeksi grafiknya menunjukkan puncak harga bisa mencapai USD 175.000. Jika skenario ini terwujud, maka penurunan 70–80% dapat menyeret harga kembali ke kisaran USD 35.000-USD 52.000.
Expiry Senilai USD 4,9 Triliun Bisa Guncang Pasar
Hari ini, kontrak opsi saham dan ETF senilai USD 4,9 triliun akan kedaluwarsa—lebih dari 1,2 kali lipat kapitalisasi pasar kripto. Fenomena ini, dikenal sebagai triple witching, sering memicu volatilitas besar di pasar tradisional maupun kripto.
Analis Crypto Rover mencatat pola serupa di awal tahun ini. Setelah expiry Maret 2025, Bitcoin anjlok sekitar 17% dalam beberapa minggu.
Sementara itu, expiry Juni menyebabkan harga BTC jatuh di bawah USD 100.000.
Dengan expiry kali ini, para trader bersiap menghadapi potensi pergerakan tajam dalam waktu dekat.