Jakarta Strategy milik Michael Saylor kembali melakukan aksi beli pada Bitcoin (BTC), meski pasar tengah dikejutkan dengan ketegangan militer Iran-Israel di Timur Tengah.
Mengutip Cryptonews, Selasa (24/6/2025) pengajuan Formulir 8-K ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS pada 23 Juni menunjukkan bahwa Strategy mengakuisisi 245 Bitcoin antara 16 Juni dan 22 Juni 2025.
Pembeliam ini menaiklan total kepemilikan Bitcoin Strategy menjadi 592.345 BTC.
Pada harga pasar saat ini, perbendaharaan Bitcoin Strategy kini bernilai sekitar USD 60 miliar (Rp982,5 triliun), yang semakin memperkuat posisinya sebagai pemegang korporat kripto asli terbesar di dunia.
Perusahaan yang berkantor pusat di Tysons Corner, Virginia tersebut menghabiskan USD 26 juta (Rp425,7 triliun) untuk transaksi tersebut, membayar rata-rata USD 105.856 per Bitcoin, premi terhadap harga akuisisi rata-rata kumulatifnya sebesar USD 70.681 di seluruh kepemilikannya.
Pembelian tersebut didanai melalui hasil bersih dari penawaran saham preferen perusahaan yang sedang berlangsung di pasar.
Akumulasi Bitcoin oleh Strategy mencerminkan pergeseran filosofis yang lebih luas di dalam perusahaan.
Dengan ekspektasi inflasi yang terus berlanjut dan kebijakan moneter global yang terus berubah, kelangkaan terprogram Bitcoin dan likuiditas 24/7 telah menjadikannya, dalam kalkulasi Strategy, aset cadangan yang unggul.
Hasil BTC perusahaan sebesar 19,2% pada tahun 2025 sejauh ini hanya memperkuat keyakinan ini.
Di Asia, Parataxis asal Korea Selatan baru-baru ini mengumpulkan modal senilai USD 18 juta untuk meluncurkan kendaraan perbendaharaan Bitcoin di bursa KOSDAQ, sementara KindlyMD yang berbasis di AS sedang mengejar merger bernilai jutaan dolar dengan perusahaan investasi Bitcoin, Nakamoto Holdings untuk beralih ke operasi perbendaharaan BTC.