Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) sempat turun ke kisaran USD 106.000 atau sekitar Rp 1,76 miliar (kurs dolar AS Rp 16.634) pada Kamis, 23 Oktober 2025 sebelum kembali menguat ke atas USD 108.000 atau Rp 1,79 miliar.
Hal ini setelah aksi jual oleh investor mereda dan arus masuk ETF spot meningkat. Namun, volatilitas tinggi membuat pelaku pasar berhati-hati menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (CPI) pada Jumat, 24 Oktober 2025.
BACA JUGA:Harga Kripto 23 Oktober 2025: Bitcoin Cs Kembali Parkir di Zona Merah
BACA JUGA:Putra Donald Trump Prediksi Harga Bitcoin Tembus Rp 3,2 Miliar Akhir Tahun Ini
BACA JUGA:Alasan Pendiri Binance Changpeng Zhao Optimistis Bitcoin Bakal Lebih Unggul dari Emas
BACA JUGA:Harga Kripto Hari Ini 21 Oktober 2025: Bitcoin Tembus USD 110 Ribu, Mayoritas Koin Hijau!
Berdasarkan data Coinmarketcap.com, harga bitcoin naik 1,01% dalam 24 jam terakhir. Namun, harga bitcoin merosot 2,32% selama sepekan terakhir. Saat ini, harga bitcoin berada di posisi USD 109.072,50.
Data internal Tokocrypto menunjukkan, BTC sempat menguji area support di USD 106.100 setelah gagal menembus level resistance atas. Kondisi ini terjadi di tengah penguatan dolar AS (DXY) dan pelemahan harga emas yang terancam kehilangan level psikologis USD 4.000 per ounce.
“Pergerakan harga Bitcoin kali ini masih sangat dipengaruhi oleh dinamika likuiditas jangka pendek dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS,” kata Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (23/10/2025).
Arus masuk ETF memang memicu rebound teknikal, namun tekanan makroekonomi masih membatasi potensi kenaikan yang lebih agresif,” ia menambahkan.
Likuiditas Ketat dan Ekspektasi the Fed
Sementara itu, analis memperkirakan minggu ini akan menjadi periode penting bagi pasar aset berisiko, dengan data CPI September menjadi satu-satunya indikator yang bisa mempengaruhi arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Fyqieh menuturkan, CPI yang lebih lemah mendekati 0,2% akan memperkuat prospek penurunan suku bunga dan memperbaiki sentimen terhadap aset kripto, termasuk Bitcoin.