Jakarta – Kinerja emas dan kripto sangat berbeda dalam jangka pendek tetapi sebuah Deutsche Bank menilai keduanya dapat berkembang pesat secara berdampingan pada tahun-tahun mendatang.
Ada ruang bagi emas dan Bitcoin untuk hidup berdampingan dalam neraca bank sentral pada tahun 2030, tulis analis Deutsche Bank, Marion Laboure dan Camilla Siazon, dalam sebuah catatan baru-baru ini, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (23/9/2025).
Prospek bullish tersebut muncul setelah bitcoin (BTC-USD) turun tajam pada Senin, merosot di bawah USD 113.000 atau Rp 1,87 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.596) setelah mencapai USD 123.500 atau Rp 2,04 miliar pada Agustus.
Sementara itu, emas melonjak ke level tertinggi baru sepanjang masa di USD 3.703 per ounce, mencatat kenaikan tahunan terbesarnya dalam lebih dari empat dekade.
Pergerakan yang kontras ini menyoroti divergensi jangka pendek antara aset berisiko seperti kripto dan aset safe haven tradisional.
Menurut Deutsche Bank, pelaku pasar mempertimbangkan ketegangan geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) pada masa mendatang, dan pertanyaan tentang independensi The Fed, yang semuanya telah mendukung permintaan emas.