Jakarta – Bitcoin menjadi alat pembayaran di daerah kumuh perkotaan di Afrika. Hal ini terlihat dari kios-kios yang menjual sayur-sayuran di daerah kumuh perkotaan terbesar di Afrika telah memakai bitcoin.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Selasa (10/6/2025), sekitar 200 orang memakai bitcoin di Soweto Barat, sebuah lingkungan di daerah kumuh Kibera di ibu kota Kenya.
Ini adalah bagian dari inisiatif untuk memperluas layanan keuangan ke salah satu daerah termiskin dan paling kekurangan layanan perbankan di negara itu.
Para pendukungnya mengatakan adopsi kripto sesuai dengan cita-cita bitcoin sebagai teknologi yang mudah diakses dan demokratis, tetapi ahli mengatakan hal itu juga memiliki risiko besar.
Bitcoin datang ke Soweto Barat melalui AfriBit Afrika, sebuah perusahaan fintech Kenya melalui inisiatif nirlabanya untuk meningkatkan inklusi keuangan.
Dalam banyak kasus, orang-orang di Kibera tidak memiliki kesempatan untuk mengamankan hidup mereka dengan tabungan normal,” ujar salah satu pendiri AfriBit Ronnie Mdawida.
Ia mengatakan, dengan bitcoin, mereka tidak memerlukan dokumentasi untuk memiliki rekening bank yang memberi mereka dasar untuk kebebasan finansial.
Bitcon sebagai salah satu kripto pertama dan terbesar diciptakan pada 2009 setelah krisis keuangan global sebagai aset digital terdesentralisasi yang dapat bertindak sebagai metode pembayaran alternatif.
Aset itu telah menemuka penggunaan yang lebih populer seperti bentuk emas digital. Bitcoin telah menarik pendukung yang antusias karena harganya telah naik hampir 1.000% dalam lima tahun terakhir. Namun, volatilitasnya dan kurangnya regulasi menjadi perhatian.
AfriBit Africa memperkenalkan bitcoin ke Soweto West pada awal 2022 melalui hibah berdenominasi kripto kepada pengumpul sampah yang sering kali didanai oleh lembaga nirlaba. Kelompok itu terdiri dari puluhan anak muda, yang menurut Mdawida lebih cenderung terbuka terhadap teknologi baru.