Jakarta Harga Bitcoin (BTC) telah lebih stabil selama beberapa pekan dibandingkan sejumlah saham utama perusahaan Amerika Serikat, meski perekonomian global tengah dihantui guncangan buntut ketegangan Iran-Israel di Timur Tengah.
Hal itu diungkapkan dalam data yang dibagikan oleh André Dragosch, Kepala Riset di Bitwise Europe.
Mengutip Cointelegraph, Selasa (24/6/2025) volatilitas Bitcoin yang terealisasi selama 60 hari telah turun menjadi sekitar 27%-28%, lebih rendah dari yany dialami S&P 500 (30%), Nasdaq 100 (35%), dan bahkan saham teknologi Magnificent 7 yang sedang naik daun (40%).
Harga BTC sempat bereaksi dengan penurunan 6% menjadi di bawah USD 100.000 selama akhir pekan.
Dalam siklus sebelumnya, guncangan geopolitik kerap menyebabkan pergerakan harga yang jauh lebih besar.
Volatilitas Bitcoin sempat mencapai 60%-65% pada awal perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, jauh lebih tinggi daripada ekuitas AS.
Namun kali ini, volatilitas Bitcoin tetap relatif rendah, yang menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dan investor tidak bereaksi dengan panik dan bahwa BTC semakin matang sebagai kelas aset, menurut Dragosch.
Pertumbuhan pemegang jangka panjang sebagian besar telah menstabilkan Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir, tulis analis Glassnode dalam laporan terbaru mereka.
“Lebih dari 30% dari pasokan Bitcoin yang beredar sekarang dipegang oleh hanya 216 entitas terpusat — termasuk ETF, bursa, kustodian, dan perbendaharaan perusahaan,” ungkap analis.
Selain itu, toral pasokan Bitcoin yang dipegang oleh pemegang jangka panjang juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir, mencapai rekor tertinggi 14,53 juta BTC (rata-rata 30 hari). hampir 70% dari pasokan maksimum 21 juta.