Jakarta – CEO dan Founder Triv, Gabriel Rey, mengungkapkan semakin banyak perusahaan secara global dan di Indonesia mulai mengadopsi stablecoin seperti USDT dalam operasional bisnis mereka, terutama untuk aktivitas ekspor-impor dan remitansi.
Stablecoin adalah jenis kripto yang mencoba menawarkan stabilitas harga dan didukung oleh aset cadangan lainnya misal emas, mata uang suatu negara, dan asel lainnya.
Gabriel menilai perubahan ini dinilai sebagai bagian dari revolusi industri digital yang sedang berlangsung di sektor keuangan.
Sejak 2024, para pengusaha di Indonesia sudah diberi lampu hijau untuk punya kripto di balance sheet perusahaan. Ini bisa dimanfaatkan bukan hanya untuk capital gain, tapi juga dalam perencanaan pajak, kata Gabriel Rey dalam acara Cryptalk with TRIV Cryptocurrency: 2025 Beyond Borders Next-Gen Solutions for Global Transactions, Selasa (29/4/2025).
Tinggalkan Bank Konvensional
Ia menjelaskan banyak pengusaha, terutama yang bergerak dalam bidang ekspor dan impor, mulai meninggalkan sistem perbankan konvensional. Dalam komunitasnya, termasuk para importir mobil mewah dan barang pecah belah dari China, stablecoin telah menjadi alat pembayaran utama.
Teman-teman pengusaha saya sudah tidak pakai bank lagi. Mereka pakai stablecoin karena biayanya murah dan prosesnya cepat. Ini bisa menjadi keunggulan kompetitif dalam efisiensi biaya dan waktu,” tambahnya.
Selain efisiensi, penggunaan aset digital dalam neraca keuangan perusahaan juga membuka peluang pengelolaan pajak yang lebih strategis. Tax benefit menurut Gabriel bisa didapat saat perusahaan mengurangi laba dan mengalihkannya ke aset digital yang likuid.
Fenomena ini juga terjadi secara global. Di Hong Kong dan Inggris, penggunaan stablecoin oleh supplier menjadi hal lazim. Rey menegaskan, perusahaan yang enggan beradaptasi dengan tren ini akan berisiko tertinggal dalam kompetisi pasar global.