Jakarta – Bank-bank tradisional telah berinvestasi lebih dari USD 100 miliar atau Rp 1.642 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.421) di blockchain sejak 2020. Hal itu berdasarkan laporan terbaru yang didukung Ripple yang klaim aset digital sedang menjadi arus utama.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Senin (4/8/2025), angka itu berasal dari Banking on Digital Assets, sebuah studi gabungan oleh Ripple, CB Insights, dan UK Centre for Blockchain Technologies (UK CBT) yang menganalisis lebih dari 10.000 transaksi blockchain dan mensurvei lebih dari 1.800 pemimpin keuangan global.
Berdasarkan temuan itu, bank-bank besar sedang meningkatkan investasi dalam kustodi, tokenisasi dan infrastruktur pembayaran, meski terdapat ketidakpastian regulasi dan volatilitas pasar.
Laporan tersebut memperkirakan lebih dari USD 100 miliar telah diinvestasikan dalam inisiatif blockchain dan aset digital secara global antara 2020 dan 2024.
Laporan tersebut juga menemukan 90% pemimpin keuangan yang disurvei percaya teknologi ini akan memiliki dampak yang signifikan atau masif terhadap keuangan dalam tiga tahun ke depan.
Dari 2020 hingga 2024, lembaga keuangan tradisional berpartisipasi dalam 345 transaksi blockchain secara global, menurut laporan tersebut. Infrastruktur terkait pembayaran menarik porsi terbesar, diikuti oleh kustodian kripto, tokenisasi, dan valuta asing on-chain. Sekitar 25% investasi berfokus pada penyedia infrastruktur yang mendukung penyelesaian blockchain dan jalur penerbitan aset.
Lebih dari 90% eksekutif keuangan yang disurvei oleh Ripple percaya blockchain dan aset digital akan memiliki dampak signifikan atau masif terhadap keuangan pada 2028. Di antara responden bank, 65% mengatakan mereka secara aktif mengeksplorasi kustodian aset digital, dengan lebih dari setengahnya menyebutkan stablecoin dan aset dunia nyata yang ditokenisasi sebagai prioritas utama.