Jakarta – Analis memperkirakan Bitcoin akan melihat kenaikan penjualan setelah penurunan yang signifikan akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Mengutip Cryptonews, Minggu (14/6/2025$ Bitcoin (BTC) turun hampir 5% ke level terendah harian USD 102.822, karena serangan Israel terhadap Iran menciptakan sentimen penghindaran risiko di pasar.
Namun, analis percaya bahwa pasar kripto akan segera bangkit kembali, baik karena de-eskalasi atau pergeseran dalam narasi Bitcoin yang lebih luas.
Salah satu pendiri dan kepala operasi di RedStone, Marcin Kazmierczak menyoroti bahwa ketegangan di Timur Tengah dan aksi jual akan mengejutkan pasar.
Dia mencatat USD 427,84 juta dalam posisi long yang dilikuidasi di seluruh Bitcoin dan Ethereum (ETH) futures.
“Bitcoin turun sebanyak 5% menjadi USD 102.900, jatuh di bawah level psikologis penting USD 103.000. Ethereum merosot lebih jauh, turun hingga 7,6% pada titik terburuknya,” kata Kazmierczak dalam komentar yang dikirim ke crypto.news.
Namun, dia menekankan bahwa insiden serupa di masa lalu menciptakan dislokasi sementara, yang sering diikuti oleh rebound harga. Pemogokan pada bulan April 2024 menyebabkan aksi jual serupa, yang berbalik setelah ketegangan mereda.
“Momen-momen tersebut ternyata menjadi peluang pembelian yang hebat,” kata Kazmierczak.
“Namun, situasi saat ini memiliki risiko yang lebih tinggi mengingat Israel secara langsung menargetkan program nuklir Iran dan bersumpah untuk melanjutkan operasi tanpa batas waktu,” jelasnya.
Bagaimanapun, Kazmierczak percaya bahwa eskalasi konflik akan merugikan aset berisiko, termasuk Bitcoin. Pemulihan, menurutnya, akan bergantung pada berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meredakan ketegangan.