wmhg.org – JAKARTA. Pebisnis alat berat mewaspadai potensi gejolak ekonomi dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Pelaku usaha mulai memitigasi efek pelemahan kurs yang bergerak di area Rp 16.700 hingga mendekati level Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia parkir di area Rp 16.815 per dolar AS pada Selasa (15/4).
Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Yushi Sandidarma mengungkapkan gerak menukik kurs yang sempat mencapai level Rp 17.000 per dolar AS berada di luar ekspektasi pelaku usaha.
Jika rupiah kembali melemah dan gejolak ekonomi terjadi, pelaku usaha mengkhawatirkan adanya penurunan permintaan. Terutama dari sektor dengan tingkat permintaan tinggi seperti pertambangan dan konstruksi.
Apabila biaya produksi dan operasional terdongkrak, pebisnis alat berat tak menutup opsi untuk mengerek harga jual.
Pelemahan rupiah berdampak signifikan pada biaya produksi karena sebagian besar bahan baku alat berat masih diimpor. Saat ini belum ada kenaikan harga, tapi potensi itu ada, kata Yushi kepada Kontan.co.id, Senin (14/4).
Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) sedang mengkaji dampak dari dinamika ekonomi.
Sekretaris Perusahaan United Tractors, Sara K. Loebis mengatakan UNTR sedang mempersiapkan outlook berdasarkan perkembangan makro ekonomi saat ini dan hasil kinerja kuartal I-2025.
Termasuk di dalamnya adalah pertimbangan apakah United Tractors perlu menyesuaikan beberapa asumsi seperti exchange rate, harga komoditas dan sebagainya, kata Sara.
Direktur PT Intraco Penta Tbk (INTA) Willianto Febriansa menambahkan, penguatan kurs China Yuan terhadap rupiah juga menjadi perhatian. Dinamika kurs belakangan ini membuat principal INTA yang mayoritas berasal dari Cina melakukan review terhadap harga jualnya.
Di tengah ketidakpastian ekonomi akibat perang tarif, INTA berharap pemerintah bisa mengambil langkah untuk melindungi pelaku usaha dalam negeri.
Kami mengharapkan pemerintah dapat mencermati kondisi global ini, mengambil putusan dan langkah yang tepat untuk melindungi kepentingan Indonesia, kata Willianto.
Strategi Diversifikasi
Willianto mengatakan, saat ini INTA bertumpu pada dua strategi bisnis. Pertama, fokus pada pelanggan yang menjadi key account customer, yang berdasarkan data historis memberikan kontribusi signifikan dari sisi penjualan maupun laba.
Saat ini, mayoritas pendapatan INTA disumbang oleh segmen batubara dan nikel. Kedua, INTA memacu diversifikasi dengan membuka segmen bisnis baru. Terutama melalui penetrasi yang lebih dalam pada segmen pengolahan kayu, emas dan semen.
Diversifikasi juga menjadi bagian dari strategi PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX).
Direktur Utama PT Kobexindo Tractors Tbk Andry B. Limawan mengungkapkan portofolio bisnis yang lebih seimbang dapat mengurangi ketergantungan pada satu segmen tertentu.
Kontribusi dari segmen non-penjualan alat berat telah menjaga kinerja pendapatan KOBX sepanjang tahun lalu. Segmen di luar penjualan unit alat berat tumbuh pada level double digit.
Strategi efisiensi dan diversifikasi yang diterapkan on track dan memberikan dampak positif, kata Andry.
Sebagai informasi, pada tahun lalu penjualan unit KOBX menurun 10,4% secara tahunan (year on year/yoy). Pada saat yang sama, segmen suku cadang, jasa perbaikan dan kontraktor pertambangan, serta segmen sewa masing-masing tumbuh sebanyak 26,2%, 120,5% dan 26,4% (yoy).
Sementara itu, Chief Operating Officer Forestry and Agriculture Trakindo Utama, Immawan Priyambudi mengungkapkan Trakindo tetap fokus untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pada 2025 ini target kami terus mendekatkan diri dengan pelanggan, ungkap Immawan.
Sejak tahun 2010 Trakindo telah menerapkan sistem manajemen rantai pasokan untuk mempercepat pengiriman alat-alat berat, mesin, suku cadang dan layanan purna jual untuk mengoptimalkan kegiatan operasional pelanggan.
Yang lebih utama bagi kami adalah kepuasan pelanggan dan mendukung usaha mereka beroperasi dengan optimal di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, kata Immawan.
Yushi menambahkan, PAABI melihat pelaku usaha alat berat secara umum menerapkan sejumlah strategi untuk memitigasi ketidakpastian ekonomi saat ini. Terutama dengan meningkatkan penggunaan bahan baku lokal, efisiensi operasional dan diversifikasi produk.
Secara sektoral, Yushi memberikan gambaran hingga kuartal I-2025 permintaan dari sektor konstruksi cenderung stagnan. Sedangkan permintaan dari sektor pertambangan masih tumbuh.
Sektor pertanian dan kehutanan juga menunjukkan peningkatan permintaan, tandas Yushi.
Selanjutnya: IHSG Bergerak Turun 0,2% Meski Dibuka Menguat (16/4)
Menarik Dibaca: IHSG Bergerak Turun 0,2% Meski Dibuka Menguat (16/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News