wmhg.org – JAKARTA. Wacana konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang penerbangan kembali mengemuka. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengungkapkan rencana merger antara PT Pelita Air Service dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Chief Executive Officer BPI Danantara Rosan Roeslani mengatakan bahwa pihaknya masih terus mengkaji rencana merger antara Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Danantara masih mempertimbangkan banyak hal agar merger berjalan lebih efisien.Â
Rosan berharap melalui rencana ini, kinerja Garuda bisa lebih produktif, serta memaksimalkan aset yang ada. Termasuk dari sisi jam terbang dan pemanfaatan pesawat. Semuanya masih dikaji. Ini lagi dievaluasi, ungkap Rosan di Istana Merdeka, Selasa (16/9).
Merujuk laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Agustus 2025, mayoritas saham Garuda Indonesia dikuasai oleh PT Danantara Asset dengan porsi kepemilikan 64,53%. Sementara itu, PT Pelita Air Service merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero). Dalam Laporan Tahunan 2024, Pertamina memiliki 99,997% saham Pelita Air.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan bahwa wacana merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia merupakan bagian dari konsolidasi BUMN, yang sejalan dengan roadmap Danantara. Dengan rencana ini, Pertamina akan lebih fokus kepada bisnis inti di bidang minyak dan gas (migas) serta energi terbarukan.
Hanya saja, Fadjar belum membeberkan lebih rinci mengenai rencana aksi korporasi tersebut. Saat ini, inisiatif tersebut masih dalam proses kajian oleh pemangku kepentingan. Masih penjajakan, belum ada detail (terkait target dan jadwal merger), ujar Fadjar saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/9).
Dihubungi terpisah, Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai rencana merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia bisa membawa dampak positif sebagai bagian dari strategi konsolidasi atau perampingan (streamlining) BUMN. Apalagi, Garuda Group sedang membutuhkan penguatan armada, termasuk untuk entitas usaha Citilink.
Jadi ini akan memperkuat layanan yang bisa di-offer Garuda ke konsumen. Dengan semakin banyak armada juga skala ekonomi pengoperasian airlines bisa tercapai. Artinya peluang efisiensi makin terbuka, kata Toto.
Dia mencontohkan merger Pelita Air dan Garuda Indonesia bisa membawa sharing cost terkait aktivitas pemeliharaan pesawat, sehingga bisa menurunkan cost per unit. Terlebih, Pelita Air tidak memiliki isu operasional, sehingga bisa lebih memperkuat Garuda Group dari sisi penerbangan regular maupun charter.
Dengan aksi korporasi ini, Pertamina juga bisa lebih fokus untuk mengelola bisnis migas. Hanya saja, Toto menekankan pentingnya pemilihan mekanisme merger & akusisi, agar aksi korporasi ini tidak mengganggu upaya penyehatan keuangan dan bisnis Garuda Indonesia.
Tinggal bagaimana mekanisme penggabungan ini akan dilakukan. Bila mekanisme biasa dengan akuisisi oleh GIAA mungkin secara finansial akan sulit. Tapi apabila mekanisme inbreng dilakukan Danantara dengan menempatkan Pelita Air di bawah kelolaan GIAA, hal ini bisa dilakukan lebih simple, terang Toto.
Selanjutnya: Kopdes Merah Putih Digerojok Kredit, Ekonom: Berbahaya Bila Tak Ada Panduan
Menarik Dibaca: Menurut Riset YouGov : Konsumen Belanja Online Tapi Paling Doyan Promo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News