wmhg.org – JAKARTA. Industri jasa minyak dan gas (migas) menghadapi efek samping dari pelemahan rupiah terhadap dolar.
Bagi para pelaku usaha di sektor migas setelah rupiah menyentuh level terburuk, sebesar Rp 17.217 per Dolar AS pada Senin (7/4) pukul 09:16 WIB atau pukul 22:16 waktu New York, Minggu (6/4), penguatan rupiah yang terjadi setelahnya menurut Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (Aspermigas)Â terjadi karena pelemahan dolar.
Sekarang sudah turun ke Rp16.800/US$, tapi itu bukan karena rupiahnya menguat, tapi karena dolar melemah, ungkap Ketua Komite Investasi Aspermigas, Moshe Rizal saat dihubungi Kontan, Minggu (13/04).
Setelah terjun sebesar Rp 17.217 per Dolar AS pada Senin (7/4), rupiah mengalami penguatan Jumat (11/4), nilai tukar rupiah terhadap dollar berakhir menguat tipis, 0,02% atau 4 poin ke level Rp 16.790 dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya di Rp 16.794,
Meski begitu, Moshe menambahkan, secara umum, pelemahan rupiah membuat sektor migas dalam negeri tidak berada dalam fundamental yang baik.
Moshe menambahkan, ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) yang membuat pemerintah Indonesia mengambil keputusan meningkatkan impor migas juga akan berdampak pada pelemahan rupiah yang lebih jauh.Â
Selanjutnya: Transaksi QRIS BNI Melesat 67% selama Ramadan dan Lebaran
Menarik Dibaca: 7 Ide Desain Dapur Terbaru 2025 yang Wajib Dicoba untuk Rumah Modern Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News