Baca 10 detik
Ketua Umum PDIP, Megawati, menekankan pentingnya sistem peringatan dini bencana pada seminar di Jakarta Timur (19/12/2025).Beliau meminta pemda tidak menggunakan keterbatasan anggaran sebagai alasan tidak membangun sistem alarm bencana.Megawati menginstruksikan relawan Baguna segera menerapkan sistem peringatan dini tradisional seperti kentongan kepada masyarakat.
wmhg.org – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, memberikan sorotan tajam terkait pentingnya sistem peringatan dini (early warning system) di daerah-daerah rawan bencana.
Ia meminta pemerintah daerah (pemda) tidak menjadikan keterbatasan anggaran sebagai alasan untuk tidak memiliki sistem alarm pendeteksi bencana.
Pesan ini disampaikan Megawati dalam seminar “Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban” yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP di Jakarta International Equestrian Park, Jakarta Timur, Jumat (19/12/2025).
Ia menekankan bahwa sistem peringatan dini tidak selalu harus menggunakan teknologi mahal. Menurutnya, peralatan tradisional seperti kentongan bisa menjadi alternatif yang efektif untuk menyelamatkan nyawa masyarakat.
Saya saja minta sama pemerintah daerah, mbok ya kamu kalau daerahnya itu sudah ada, mungkin kemungkinan ada bencana gitu, mbok pasang ini (kentongan), kata Megawati.
Presiden ke-5 RI ini juga menginstruksikan para relawan Baguna untuk segera menerapkan dan menyosialisasikan sistem peringatan dini tersebut kepada masyarakat luas sebagai bagian dari skema penanggulangan bencana di lapangan.
Jadi kalau tadi juga boleh saja dibaca, tapi kalau keadaan yang terjadi inilah yang Baguna harus lakukan segera. Sanggup apa tidak? tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Megawati turut membagikan pengalaman pribadinya saat berada di Jepang. Ia menceritakan bagaimana sistem sirene bencana di sana bekerja dengan sangat teratur, bahkan ketika ia sedang bersantai bersama keluarganya.
“Saya itu pernah mengalami lagi makan Hoka-Hoka Bento sama anak-anak, tahu-tahu kok bunyi sirene pertama. Saya padahal sudah dibilangin teman saya orang Jepang. Kalau ada sirene itu kita mau enggak mau, harus segera pergi,” katanya.
Ia mengaku sempat merasa panik dan hendak menyelamatkan diri, namun kemudian belajar dari ketenangan warga lokal yang memahami tingkatan peringatan sirene tersebut.
“Saya pikir itu baru pertama tahu, saya sudah mau berdiri. Saya lihat orang Jepangnya masih makan, untung ada teman Jepang. Enggak, nanti dulu itu baru pertama. Yang harus kita tunggu yang kedua. Yang kedua bunyi nguing, nguing, nguing,” pungkasnya.
/2025/09/17/1992289456.jpg)
/2025/10/17/1921234742.jpg)
/2025/06/24/1049013018.jpg)
/2025/10/18/1934219793.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4242618/original/081125200_1669641659-UMP_2023.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5203982/original/041738600_1745988471-30_april_2025-1.jpg)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/953316/original/021276300_1439363719-20150812-Rupiah-Anjlok4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4533236/original/003719300_1691657841-Demo_Buruh-TALLO_1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2843652/original/051367500_1562145738-yayaya_oke.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5448018/original/056078700_1765974252-WhatsApp_Image_2025-12-17_at_18.24.59.jpeg)