wmhg.org – Untuk mempercepat pertumbuhan dan keberlanjutan media lokal di Indonesia, sebuah inisiatif strategis bertajuk Media Business Fast-Track Growth Programme resmi diluncurkan dalam sesi pembukaan Jatim Media Summit 2025 di Whiz Luxe Hotel Surabaya, Kamis (17/7/2025).
Peluncuran program dilakukan oleh Country Programme Manager IMS Indonesia Eva Danayanti, bersama Pemimpin Redaksi wmhg.org Suwarjono dan CEO Beritajatim.com Dwi Eko Lokononto, mewakili Local Media Community (LMC). Local Media Community sendiri merupakan inisiatif International Media Support (IMS) bersama wmhg.org.
Adapun Jatim Media Summit (JMS) kali ini yang mengangkat tema Inovasi Media Lokal untuk Meningkatkan Revenue di Tengah Efisiensi, dihadiri oleh sekitar 100 peserta dan undangan. Mayoritas peserta adalah praktisi media lokal dari seluruh Jawa Timur, termasuk para pemimpin redaksi, manajer bisnis media, hingga jurnalis senior.
Dalam penjelasannya di panggung, Eva memaparkan secara ringkas esensi program Media Business Fast-Track Growth, yang dirancang untuk mendukung media lokal dan komunitas dalam menghadapi tantangan transformasi digital dan keberlanjutan bisnis. Kami merasa perlu meluncurkan inisiatif ini terutama karena butuh satu upaya percepatan di tengah situasi sulit bagi banyak media, kata Eva.
Eva menjelaskan, program ini melibatkan enam pilar kunci dalam bisnis media. Yang pertama yaitu Pitching dan Skalabilitas, yang antara lain berisi pelatihan untuk merancang presentasi bisnis yang menarik, juga bagaimana mempersiapkan presentasi dan narasi untuk investor atau mitra. Kedua, pilar Pertumbuhan Berbasis Audiens, yang melibatkan aspek seperti bagaimana memahami persona dan perilaku audiens, membangun strategi keterlibatan komunitas, serta penggunaan alat untuk analisis audiens.
Pilar berikutnya adalah Organisasi, di mana media yang ikut dalam program antara lain akan belajar mengenai perumusan visi strategis dan
pengambilan keputusan, strategi SDM untuk tim kecil, serta tentang kepemimpinan inklusif dan perspektif gender dalam bisnis. Keempat, ada program terkait Diversifikasi Pendapatan, di antaranya mengulik soal model iklan dan konten bersponsor; keanggotaan (membership), donasi, dan penggalangan dana (crowdfunding); juga pengembangan produk dan layanan (acara, pelatihan, konsultasi).
Program lainnya adalah terkait pilar Pengembangan Produk & Inovasi, antara lain berisikan soal desain produk yang ramping untuk konten atau layanan media; iterasi, pengujian, dan siklus umpan balik; serta terkait keberlanjutan dalam transformasi digital. Keenam adalah program terkait Manajemen Bisnis dan Keuangan, yang antara lain berisikan pemodelan bisnis media, penyusunan anggaran, proyeksi dan tracking keuangan, hingga bagaimana mempersiapkan rencana anggaran untuk investor atau dana hibah.
Pendekatan Praktis dan Kolaboratif
Berbeda dari pelatihan konvensional, sebagaimana dijelaskan Eva melalui ringkasan paparannya, program ini memberikan pendekatan berbasis praktik, antara lain lewat penerapan modul strategi dengan latihan terintegrasi, hingga memfasilitasi pelaksanaan strategi dengan pendampingan (mentoring 1-on-1, peer group learning), diikuti kemudian dengan pemantau kemajuan dan melakukan iterasi, serta fase transisi ke pertumbuhan pascaprogram.
Eva menyebutkan bahwa program ini pada dasarnya ditujukan bagi semua media skala kecil dan menengah, tidak saja peserta JMS 2025 atau media-media di Jawa Timur dan sekitarnya, namun di seluruh Indonesia. Terutama dirancang bagi para pendiri, manajer, atau penanggung jawab pengembangan bisnis masing-masing media. Program juga secara khusus menyasar media lokal dan hiperlokal, startup media digital, serta organisasi media yang dipimpin oleh perempuan atau berbasis komunitas.
Di akhir paparan singkatnya, Eva kembali menggarisbawahi bahwa inisiatif ini lahir dari kebutuhan nyata di lapangan, di mana banyak media lokal masih berjuang untuk tetap bertahan dan relevan. Dengan adanya program ini, diharapkan lahir media-media yang tidak hanya bertahan, tetapi juga bertumbuh secara berkelanjutan, baik dari sisi bisnis maupun dampak sosialnya.
Sebelumnya, dalam kesempatannya memberikan sambutan, Suwarjono juga telah mengingatkan akan beragam tantangan baru yang harus dihadapi media saat ini, terutama dengan mengaitkannya pada tema JMS 2025. Menurutnya, saat ini media lokal harus lebih cerdas mengelola sumber daya yang terbatas dan tidak bisa bergantung pada model bisnis lama.
Inovasi bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan. Kalau kita hanya berharap pada iklan dari pemerintah atau display ads, sudah pasti tertinggal,” kata Suwarjono.
Menutup sesi ini, Dwi Eko Lokononto pun menegaskan pentingnya adaptasi dan kolaborasi antar media lokal untuk menciptakan nilai ekonomi baru, khususnya di tengah situasi tak pasti yang penuh tantangan. Media lokal harus bisa menjadi ekosistem bisnis digital yang saling mendukung, (makanya) kolaborasi itu penting. Dan kami senang kini ada program baru di Local Media Community. Mari sama-sama kita ikuti, tambahnya.
Peluncuran program baru di Local Media Community ini menjadi salah satu sesi penting dalam kegiatan Jatim Media Summit 2025. Forum tahunan yang mempertemukan para penggerak media lokal se-Jawa Timur dan sekitarnya lewat diskusi, workshop dan sebagainya ini, menghadirkan beberapa sesi berbagi model bisnis dan pengalaman inspiratif yang diharapkan memberi semangat untuk terus maju dan berkembang.