wmhg.org – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengeluarkan seruan tegas kepada generasi muda untuk mengambil peran aktif sebagai agen pemutus rantai kekerasan di lingkungan perguruan tinggi.
Ia menekankan urgensi bagi mahasiswa untuk berani ber dan melaporkan setiap tindakan perundungan, kekerasan verbal, fisik, hingga kekerasan seksual.
Pernyataan ini menjadi sorotan utama dalam acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (26/8/2025), di mana komitmen kolektif untuk menciptakan ruang aman di kampus menjadi agenda prioritas.
“Pencegahan dan penanganan kekerasan di kampus membutuhkan komitmen dari seluruh pihak. Saya mengajak pimpinan perguruan tinggi, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk bersama-sama membangun budaya kampus yang menghormati martabat manusia dan nilai-nilai kesetaraan,” kata Arifah dalam pernyataannya.
Menurut Arifah, masa studi di perguruan tinggi merupakan momentum krusial yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, kapasitas, dan jiwa kepemimpinan sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
“Kalian bukan lagi siswa, tetapi mahasiswa, pelopor, dan fondasi bangsa ke depan. Ambil ilmu sebanyak-banyaknya, saling mendukung, dan bersama-sama menjadi generasi emas Indonesia,” ujarnya.
Pesan penguatan juga datang dari Menteri Agama, Nasaruddin Umar, yang hadir secara daring.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara prestasi akademik dengan kemampuan untuk hidup dan berinteraksi dalam masyarakat yang plural dan beragam.
“Semua proses ini akan membentuk kalian jadi pribadi yang peka terhadap keadaan sekitar. Mari kita jaga persaudaraan, hormati perbedaan, dan bersama-sama membangun Indonesia yang berperadaban,” kata Nasaruddin.
Sementara itu, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, secara spesifik mengingatkan 9.117 mahasiswa baru yang tersebar di 12 fakultas dan 84 program studi untuk senantiasa menjaga akhlak, karakter, dan perilaku selama menempuh pendidikan.
“Masa depan Indonesia ada di tangan kalian. Jangan membeda-bedakan agama, suku, atau jenis kelamin. Yang membedakan hanyalah bagaimana kalian berbuat baik,” ujar Asep.