Baca 10 detikBanjir parah di Bali disebabkan hujan ekstrem hingga 385 mm per hari.Masalah drainase, sampah, dan alih fungsi lahan memperparah dampak banjir.BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem lanjutan, masyarakat diminta waspada.[batas-kesimpulan]
wmhg.org – Bali lumpuh diterjang banjir dan longsor parah pada 9–10 September 2025 lalu.
Laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi bencana ini terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir, menjadikan peristiwa ini sebagai dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa.
Kota Denpasar menjadi wilayah paling parah dengan 81 titik banjir, disusul Gianyar (14 titik) dan Badung (12 titik).
Pemicu utamanya? Curah hujan harian yang benar-benar di luar nalar.
BMKG mencatat, curah hujan di Jembrana mencapai385,5 mm dalam sehari.
Sebagai perbandingan, curah hujan di atas 150 mm/hari saja sudah masuk kategori ekstrem. Beberapa wilayah lain seperti Tampak Siring (373,8 mm) dan Karangasem (316,6 mm) juga mencatat angka yang fantastis.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa hujan ekstrem ini dipicu oleh kombinasi badai sempurna dari berbagai fenomena atmosfer.
“Aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif,” jelas Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Bukan Cuma Faktor Alam
BMKG juga menyoroti faktor-faktor non-alam yang memperparah bencana. Sistem drainase di banyak wilayah terbukti tidak mampu menampung volume air hujan yang masif.
Kondisi ini diperburuk oleh sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air.
Selain itu, alih fungsi lahan dari area resapan menjadi permukiman dan area komersial juga berkontribusi besar dalam mengurangi kemampuan tanah menyerap air.
Akibatnya, air hujan langsung meluap menjadi genangan.
BMKG Sudah Kasih Peringatan?
Kejadian ini semakin menjelaskan pentingnya sistem peringatan dini yang cepat dan akurat, ujar Dwikorita.
Ia mengklaim BMKG telah mengeluarkan peringatan sejak 5 September 2025.

Bahkan, khusus pada periode 9–10 September, BMKG telah menerbitkan11 kali pembaruan peringatan dinicuaca ekstrem untuk wilayah Bali, termasuk pembaruan per jam saat hujan mulai menggila.
Dwikorita kembali mengimbau masyarakat untuk ekstra waspada menghadapi potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan.
Masyarakat diminta untuk aktif memantau informasi resmi dari BMKG melalui aplikasi, media sosial, atau siaran televisi.
“Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan,” katanya.