wmhg.org – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) masih berada dalam tren pelemahan, sebagaimana tercermin dari indeks dolar (DXY) yang terus menurun dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan data Trading Economics, DXY tercatat berada di level 103,71 pada Jumat (14/3), turun 2,68% dibandingkan bulan sebelumnya.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menilai, pelemahan dolar AS disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap kinerja ekonomi AS dan arah kebijakan moneternya.
Tanda-tanda perlambatan ekonomi mengurangi daya tarik dolar, ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/3).
Faktor Pelemahan Dolar AS
Menurut Sutopo, beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan perlambatan. Lapangan kerja tumbuh lebih lambat dari perkiraan, sementara pertumbuhan upah juga melemah.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kekuatan ekonomi AS, yang pada akhirnya menekan nilai dolar.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan perdagangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik turut mendorong investor untuk mendiversifikasi aset mereka ke mata uang atau instrumen lain.
Pergeseran sentimen investor terhadap aset berisiko, seperti saham atau mata uang pasar berkembang, telah mengurangi permintaan dolar sebagai aset safe haven, jelasnya.
Seiring dengan melemahnya dolar AS, mayoritas mata uang utama dunia mengalami penguatan.
Beberapa faktor yang mendorong pergerakan ini termasuk kebijakan moneter yang lebih agresif di Zona Euro, Inggris, dan Australia, yang membuat suku bunga mereka lebih menarik dibandingkan kebijakan The Fed.