Jakarta – Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi, mengatakan nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahan signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Kata Ibrahim tren ini bukanlah kejutan besar, sebab Menteri Keuangan sebelumnya Sri Mulyani sudah memproyeksikan rupiah berada di kisaran Rp 16.900 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam APBN 2025. Saat ini, arah pergerakan mata uang nasional seakan membenarkan ramalan tersebut.
“Jadi, jangan heran apa yang diperkirakan oleh Sri Mulyani di APBN 2025 bahwa rupiah ini di Rp 16.900 kemungkinan besar akan terjadi,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (22/9/2025).
Ibrahim menegaskan bahwa pelemahan rupiah bukan hanya karena faktor eksternal, tetapi juga dipicu ketidakpastian di dalam negeri. Salah satu penyebab utamanya adalah pernyataan-pernyataan dari para pejabat di sektor ekonomi yang dinilai lebih sarat muatan politik ketimbang memberikan kepastian ekonomi.
Situasi ini menekan persepsi investor. Ketidakjelasan arah kebijakan membuat pasar meragukan kemampuan pemerintah menjaga stabilitas, sehingga modal asing memilih keluar. Tekanan terhadap rupiah pun semakin sulit ditahan.
“Banyak yang mengatakan bahwa Menteri Keuangan kebanyakan adalah memberikan bumbu-bumbu politik dibandingkan bumbu-bumbu ekonomi. Nah, ini yang sebenarnya membuat arus modal asing kembali lagi mengalami penarikan besar-besaran ke luar negeri,” ujarnya.
Maka dengan kondisi seperti ini, level Rp 16.900 per dolar AS yang dulu hanya sekadar proyeksi kini menjadi ancaman nyata. Bahkan, jika ketidakpastian berlanjut, bukan tidak mungkin Rupiah akan melewati angka tersebut.