Jakarta – Harga emas terus menunjukkan tren penguatan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter yang berubah-ubah. Analis menilai saham emiten produsen emas masih memiliki prospek cerah dalam jangka menengah hingga panjang.
Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menyebutkan, emas tetap menjadi aset safe haven yang dicari investor saat terjadi ketidakstabilan ekonomi, inflasi tinggi, atau gejolak geopolitik.
BACA JUGA:Induk HM Sampoerna: Keberlanjutan Bawa Kinerja Positif bagi Perusahaan
BACA JUGA:Bank Danamon Bakal Tebar Dividen 2024 Rp 1,1 Triliun
BACA JUGA:CUAN Bakal Buyback Saham Mulai 24 Maret 2025, Segini Nilainya
BACA JUGA:Pasar Saham Bergejolak, Mengapa FORE Nekat IPO?
Baca Juga
-
IHSG Anjlok 3,95 Persen pada 17-21 Maret 2025, Ini Penyebabnya
-
Saat Direksi dan Komisaris Emiten Bank Borong Saham
-
BRPT Siapkan Rp 500 Miliar untuk Buyback Saham
Ketika ada ketidakpastian ekonomi, harga emas cenderung naik, yang tentunya berdampak positif pada kinerja saham perusahaan tambang emas, ujar Lanjar kepada www.wmhg.org, ditulis Sabtu (22/3/2025).
Selain sebagai investasi, emas juga banyak digunakan dalam industri perhiasan dan teknologi, yang membuat permintaannya tetap tinggi. Lanjar juga menyoroti pentingnya memilih emiten emas yang memiliki biaya produksi rendah agar tetap menguntungkan meskipun harga emas berfluktuasi. Ia menyebut saham-saham seperti ANTM dan MDKA sebagai pilihan menarik di sektor ini.
Senada, Analis Central Capital Wahyu Tri Laksono menilai bahwa faktor ketidakpastian ekonomi global menjadi pemicu utama kenaikan harga emas. Meski terjadi pergeseran kebijakan moneter The Fed, di mana Fed mulai mengurangi skala besaran dan timing cut rate, XAUUSD tetap menguat, bahkan saat USD sedang dalam tren penguatan, kata Wahyu.
Ia menjelaskan, melambatnya ekonomi China serta kebijakan stimulus moneter besar-besaran dari negara tersebut turut berkontribusi pada lonjakan harga emas. Selain itu, meningkatnya permintaan bank sentral terhadap emas, yang rata-rata mencapai 50 ton per bulan, juga menjadi faktor pendukung kenaikan harga emas.
Lebih lanjut, Wahyu menyoroti peran COMEX dalam dinamika harga emas global. Ia mengungkapkan, jika terlalu banyak investor menuntut emas dalam bentuk fisik, COMEX mungkin tidak memiliki cukup pasokan untuk memenuhi pengiriman.
Mereka menimbun emas sekarang untuk mencegah hal ini menjadi jelas, tapi itu hanya perbaikan sementara. Jika sebuah lembaga atau negara besar seperti China, Rusia, atau kelompok BRICS menarik emas dalam jumlah besar, COMEX bisa mengalami kekurangan pasokan, jelasnya.