Jakarta – Gelaran BCA Wealth Summit 2025 tak hanya membahas strategi pengelolaan kekayaan jangka panjang, tetapi juga menjadi ajang diskusi soal kondisi ekonomi terkini. Penurunan suku bunga acuan atau BI Rate dan dinamika global menjadi bahan pembicaraan dalam gelaran tahunan BCA ini.
Direktur BCA Haryanto T Budiman menjelaskan, Bank Indonesia memang sudah melakukan langkah monetary easing dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini memungkinkan karena inflasi terjaga, sementara indeks dolar global juga cenderung melemah.
“Kondisi ini membuka ruang bagi Indonesia untuk menurunkan suku bunga tanpa tekanan besar. Dengan demikian, kompetisi antar-bank dalam menghimpun dana juga bisa lebih sehat,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Menurut Haryanto, meski BI rate turun, dampaknya lebih terasa pada instrumen jangka pendek. Untuk pinjaman konsumer seperti KPR, BCA cenderung tidak agresif menaikkan bunga, bahkan saat BI rate sempat tinggi.
“Kita selalu menjaga agar bunga KPR tetap kompetitif. Karena properti punya multiplier effect besar bagi ekonomi, bukan hanya rumahnya, tapi juga industri furnitur, elektronik, hingga bahan bangunan,” jelasnya.
Ia menegaskan, penurunan bunga acuan justru menjadi peluang bagi BCA untuk memperkuat pembiayaan. Hingga kini, tren permintaan KPR dan kredit konsumsi masih on track sesuai target pertumbuhan 6–8% di akhir tahun.
“Hasil expo kemarin juga positif, aplikasi kredit tetap masuk deras, termasuk untuk mobil dan motor. Artinya, optimisme masyarakat masih kuat,” kata Haryanto.