Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat minat investor asing terhadap pasar keuangan domestik tetap terjaga, meski selisih imbal hasil (spread) antara Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia dan obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) semakin tipis.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas Bank Indonesia Ronald D. Parluhutan, menyampaikan per 19 Agustus 2025, spread SBN tenor 10 tahun terhadap US Treasury turun menjadi 205 basis poin (bps) atau 2,05 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang masih di kisaran 240 bps.
Spread antara SBN dan surat berharga AS makin kecil selisihnya, pada 19 Agustus sebesar 205 bps, kata Ronald dalam Media Briefing di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jumat (22/8/2025).
Meski begitu, posisi Indonesia masih relatif menarik dibandingkan negara lain di kawasan. Misalnya, Filipina hanya mencatat spread 157 bps, sementara Thailand dan Korea Selatan bahkan sudah masuk zona negatif masing-masing -301 bps dan -151 bps.
Kondisi tersebut membuat arus dana asing tetap deras masuk ke pasar SBN. Hingga 19 Agustus 2025, kepemilikan non-residen tercatat Rp952,98 triliun atau meningkat dari posisi akhir Juli Rp935,71 triliun. Porsi investor asing kini mencapai 14,64 persen dari total SBN.