Jakarta – Indonesia melihat kenaikan pada jumlah utang dalam ya layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau yang dikenal sebagai PayLater.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada Maret 2025 total utang masyarakat Indonesia lewat layanan PayLater di sektor perbankan menyentuh Rp 22,78 triliun.
Baca Juga
-
Paper.id Luncurkan PaperXB: Solusi Pembayaran Lintas Negara untuk Pelaku Bisnis
OJK mencatat porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat 0,29 persen, tetapi terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Di tengah kondisi ekonomi yang masih dibayangi ketidakpastian, apa saja faktor-faktor yang menjadikan layanan Paylater sangat diminati masyarakat Indonesia?
PT Bank Danamon Indonesia mengungkapkan, layanan Paylater telah cukup populer di antara pengguna online banking, termasuk pada kelompok Generasi Z. Bank tersebut melihat, penerbitan Paylater juga cukup lebih mudah dibandingkan kartu kredit.
Kalau dilihat dari trennya, produk paylater lebih tinggi penetrasinya mencapai hampir 14% dari total transaksi generasi milenial dan Gen Z dibandingkan kartu kredit yang sekitar 7,60%. Hal ini bisa dimaklumi karena penerbitan kartu kredit jauh lebih ketat dibandingkan dengan paylater,” ungkap Unsecured Business Head Bank Danamon Indonesia, Tresia Sarumpaet, dikutip dari kanal Ekonomi Selasa (13/5/2025).
Tresia pun menjelaskan beberapa perbedaan antara Paylater dengan kartu kredit. Ia menuturkan, kartu kredit merupakan produk layanan yang diterbitkan oleh institusi besar. Operasional institusi besar tersebut juga diawasi secara ketat oleh regulator. Selain itu, kartu kredit juga memiliki regulasi yang banyak dan beragam.
Karena regulasinya untuk kartu kredit itu banyak banget. Kami ini kalau mau mengeluarkan produk baru itu harus mendapatkan lisensi dulu, paparnya.
Selain itu, penggunaan kartu kredit juga tidak terbatas pada platform tertentu (open loop). Adapun produk kartu kredit juga kerap menawarkan keuntungan tambahan seperti cashback, diskon, rewards point, dan lainnya.