Jakarta – Harga emas dunia kembali menguat di awal pekan ini setelah pada perdagangan sesi Amerika Utara hari Jumat lalu (12/9/2025) mencatat kenaikan lebih dari 0,44%.
Kenaikan harga emas ini terjadi seiring rilis data pasar tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan, sehingga memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan minggu ini.
BACA JUGA:Update Terbaru Harga Emas Perhiasan per 15 September 2025
BACA JUGA:Harga Emas Antam 15 September 2025 Turun, Cek Rinciannya di Sini!
BACA JUGA:Rincian Harga Emas Pegadaian 15 September 2025, Ukuran 1 Gram di Atas Rp 2 Juta!
Baca Juga
-
Investor Indonesia Pimpin Alokasi Emas di Asia Tenggara, Lampaui Tren Global
-
Investor Kaya Indonesia Kini Beralih ke Emas, Ini Penyebabnya
-
5 Waktu Terbaik Menjual Emas agar Dapat Harga Tinggi & Untung Maksimal
Di awal perdagangan sesi Asia Senin pagi (15/9/2025), harga emas bergerak mendekati level USD 3.640, mempertahankan momentum bullish yang telah terbentuk sejak pekan lalu.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, secara teknikal tren bullish pada emas masih menguat. Berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini, tekanan beli diperkirakan tetap dominan.
Apabila momentum bullish ini berlanjut, harga emas berpotensi naik hingga ke level USD 3.675 pada perdagangan hari ini. Level ini menjadi target terdekat yang kini dibidik para pelaku pasar, khususnya setelah emas berhasil bertahan di area kunci di sekitar USD 3.640, jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (15/9/2025).
Skenario Alternatif
Namun demikian, Andy juga mengingatkan adanya potensi koreksi harga apabila tekanan beli melemah. Skenario alternatif yang perlu diwaspadai adalah jika harga gagal mempertahankan kenaikan dan justru mengalami koreksi, dengan potensi penurunan terdekat ke area USD 3.619.
Koreksi ini dapat dipicu apabila rilis data inflasi atau perkembangan terbaru dari perundingan dagang tingkat tinggi antara AS dan China di Madrid menunjukkan tanda meredanya ketegangan. Setiap sinyal perbaikan hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut berpotensi meningkatkan selera risiko investor, sehingga menekan permintaan aset safe-haven seperti emas.