Jakarta – Harga emas terus menunjukkan penguatan, melanjutkan tren bullish yang terbentuk sejak awal pekan ini. Pada perdagangan di Eropa Senin kemarin, harga emas menguat didukung oleh status sebagai aset safe-haven di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.
Ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, memicu peningkatan permintaan terhadap logam mulia ini.
BACA JUGA: Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Rp 14.000, Siap-siap Melambung Tinggi!
BACA JUGA: Diborong China, Harga Emas Cetak Rekor
BACA JUGA: OJK Sebut Bulion Bank Dapat Hemat Devisa Negara
Baca Juga
-
Harga Emas Dunia Tembus Rekor Termahal Lagi
-
Intip Kesiapan BSI Jadi Bank Emas
-
Indonesia Punya Bank Emas mulai 2025
Selain itu, langkah People\’s Bank of China (PBoC) yang melanjutkan pembelian emas pada bulan November setelah jeda selama enam bulan juga memberikan dorongan tambahan untuk kenaikan harga emas.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren bullish kembali terbentuk pada emas berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average yang terlihat saat ini. Proyeksi harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga level USD 2.674 per ounce.
Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), target penurunan terdekat berada di level USD 2.653. Tren ini diperkirakan akan tetap kuat selama sentimen pasar didukung oleh faktor-faktor fundamental yang ada, jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (10/12/2024).
Harga emas terus melanjutkan reli hingga mencapai level USD 2.675 per ounce pada perdagangan hari ini, dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik yang masih tinggi. Selain itu, data cadangan emas China juga mencatat peningkatan sebesar 160.000 ounce pada bulan November, mencapai total 72,96 juta ounce.
Kenaikan ini semakin memperkuat ekspektasi terhadap meningkatnya permintaan emas di pasar global.