Jakarta Perjalanan Pelita Lumpang Mas dari bisnis rumahan menjadi merek lokal yang diperhitungkan secara nasional adalah bukti nyata bahwa inovasi, konsistensi, dan dukungan yang tepat bisa membawa produk tradisional ke level yang lebih tinggi.
Usaha sambal pecel khas Pacitan ini dirintis oleh Sri Suharto pada awal 1990-an. Saat itu, semuanya dikerjakan secara manual: dari produksi hingga pengemasan sederhana dengan plastik dan label fotokopi. Namun, pada awal 2000-an, putrinya, Sri Kustamaji, mengambil alih kendali dan melakukan transformasi besar-besaran. Ia memperbarui desain kemasan, menciptakan logo baru, dan mengembangkan variasi produk agar lebih relevan dengan selera pasar masa kini.
Perubahan tersebut membawa hasil signifikan. Pelita Lumpang Mas kini dikenal sebagai salah satu produk sambal unggulan dari Pacitan dengan daya saing tinggi. Bahkan, omzet bulanannya sudah menyentuh angka ratusan juta rupiah.
“Kami ingin membawa kekhasan sambal pecel Pacitan ke seluruh Indonesia,” ujar Sri Kustamaji.
Ciri khas utama sambal ini terletak pada penggunaan jeruk purut sebagai bahan utama, menggantikan kencur yang biasa digunakan di daerah lain. Jeruk purut tidak hanya memberikan aroma yang lebih segar, tapi juga menghasilkan warna yang cerah dan menarik.
Tak hanya dari sisi bahan, proses produksi pun menjadi perhatian utama. Pelita Lumpang Mas memang memadukan teknologi dan sentuhan tradisional. Salah satu contohnya adalah proses pengolahan kacang tanah yang tidak digoreng, melainkan dioven. Hasilnya, sambal pecel menjadi lebih sehat, rendah minyak, dan dapat bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.
Beberapa proses tetap kami lakukan secara manual untuk menjaga kualitas rasa. Misalnya, proses pencampuran bumbu yang masih menggunakan lumpang, sesuai dengan filosofi nama merek kami, jelas Sri.