Jakarta – Bank Indonesia (BI) hingga minggu kedua Oktober 2024 telah menyalurkan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp 256,5 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo merinci, dari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp 119 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp 110,2 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp 24,6 triliun, dan KCBA sebesar Rp 2,7 triliun.
Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu Hilirisasi Minerba dan Pangan, UMKM, Sektor Otomotif, Perdagangan dan Listrik, Gas dan Air (LGA), serta s ektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kata Perry dalam Pengumuman Hasil RDG Oktober 2024, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Perry juga menjelaskan dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tetap kuat, terutama pada sektor Jasa Dunia Usaha, Perdagangan, Industri, Pertambangan, dan Pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi, masing-masing sebesar 10,01% (yoy), 10,88% (yoy), dan 12,26% (yoy) pada September 2024.
Kemudian, BI mencatat pembiayaan syariah tumbuh sebesar 11,37% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 5,04% (yoy), membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Ke depan, pertumbuhan kredit 2024 diprakirakan tetap berada pada kisaran 10-12%, ujarnya.
Secara keseluruhan, kata Perry, pertumbuhan kredit pada September hingga minggu kedua Oktober 2024 tetap kuat.
Dari sisi penawaran, kuatnya pertumbuhan kredit didukung oleh minat penyaluran kredit yang terjaga, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan KLM Bank Indonesia.