Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menegaskan besarnya manfaat dan urgensi pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di sektor keuangan perlu disertai dengan mitigasi risiko.
Seiring hal itu, ia menekankan pentingnya memastikan transparansi dan keterjelasan, tata kelola dan akuntabilitas yang kuat, keandalan dan ketangguhan sistem, prinsip keadilan dan etika, serta perlindungan privasi data dan hak-hak konsumen.
“Prinsip-prinsip ini, meskipun sudah dikenal dalam regulasi keuangan yang ada, harus diadaptasi dengan cermat terhadap karakteristik AI yang unik“, ujar Juda saat memberikan sambutan dalam acara International Conference and Call for Papers Journal of Central Banking Law and Institutions (ICFP-JCLI) ke-3 pada 28 April 2025 di Yogyakarta, seperti dikutip dari laman BI, Selasa (29/4/2025).
Juda juga menegaskan terdapat empat strategi utama yang perlu diadopsi untuk memastikan pemanfaatan AI dalam mendorong transformasi di sektor keuangan. Pertama, penguatan kerangka tata kelola. Kedua, peningkatan manajemen risiko yang lebih komprehensif.
Ketiga, pengelolaan data yang kuat untuk menjaga integritas dan privasi informasi. Dan keempat, perhatian serius terhadap risiko yang berasal dari keterlibatan pihak ketiga, yang dapat berpotensi menghadirkan kerentanan sistemik baru.
Dalam konferensi ini, para pembicara dari kalangan akademisi dan praktisi dalam dan luar negeri turut memberikan pemaparan mendalam untuk mendorong transformasi AI di sektor keuangan, dengan menekankan pentingnya penerapan tata kelola yang baik, prinsip etika, serta kesiapan industri dalam menghadapi perkembangan teknologi.