Jakarta PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memandang prospek harga komoditas utama seperti nikel, emas, dan bauksit di 2025 akan sangat dipengaruhi faktor eksternal dan dinamika pasar global. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho Rudjito, mengatakan prediksi harga komoditas bukan hal mudah karena situasi pasar sangat dinamis.
“Harga dunia nikel yang acuan harganya adalah harga London Metal Exchange LME nikel itu sangat terpengaruh dari supply demand nikel di dunia dimana saat ini kondisinya sedang berada pada posisi oversupply sehingga terdapat tekanan harga LME nikel,” ujar Arianto dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Kamis (11/9/2025).
BACA JUGA:IHSG Melompat 1,3%, Saham SMRA hingga CBDK Menghijau Hari Ini 12 September 2025
BACA JUGA:TOBA Perkuat Unit Bisnis Pengelolaan Limbah
BACA JUGA:Kalbe Farma Komitmen Sebar Dividen 55 Persen
Baca Juga
-
Tak Banyak Libur, Jasa Marga Tetap Yakin Kinerja Semester II 2025 Kinclong
-
Bank BCA Prediksi BI Rate Turun Dua Kali Lagi
-
Penjelasan PEGE Terkait Isu Pembobolan Rekening Dana Nasabah
Ia menjelaskan, lebih dari 60% pasokan dan serapan nikel global terkait dengan Cina, dan sekitar 60% pasokan juga berasal dari Indonesia. Pertumbuhan sektor nikel, lanjutnya, terutama didorong oleh produksi stainless steel di Cina yang menggunakan sekitar 70% pasokan nikel, sedangkan 30% sisanya untuk industri kendaraan listrik.
Arianto menambahkan, oversupply nikel diperkirakan masih akan terjadi beberapa tahun mendatang. Berdasarkan publikasi berbagai database industri seperti Wood Mackenzie (WoodMAC), oversupply diproyeksikan termoderasi secara bertahap hingga 2030.
Dalam jangka panjang, permintaan stainless steel diperkirakan tumbuh single digit di bawah 5%, sedangkan kebutuhan nikel untuk industri kendaraan listrik mencatat pertumbuhan double digit meski tidak setinggi ekspektasi beberapa tahun lalu. Arianto menilai harga LME nikel di kisaran 15 ribu dolar AS per ton akan bertahan hingga dua tahun ke depan sebelum ada perbaikan pasca-2030.