Jakarta Pariwisata Bali terus menunjukkan tren positif pada 2025. Kunjungan wisatawan yang meningkat, tingkat hunian hotel yang stabil, serta pertumbuhan ekonomi daerah menandakan kebangkitan yang lebih matang.
Namun tantangan berikutnya adalah memastikan pengalaman yang kian nyaman, bersih, dan modern bagi semua wisatawan, utamanya dalam mendukung upaya menciptakan pariwisata yang bebas asap.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak pelaku wisata merupakan konsumen dari produk tembakau. Meski demikian, asap yang dihasilkan oleh produk tembakau seperti rokok, berpotensi mengganggu kenyamanan.
Dalam konteks inilah pendekatan pengurangan risiko atau harm reduction menjadi relevan. Alih-alih berfokus pada larangan, pendekatan ini menekankan penyediaan informasi akurat tentang opsi dengan risiko lebih rendah bagi perokok dewasa yang ingin beralih ke produk alternatif.
Langkah ini juga menjawab dinamika perilaku wisatawan mancanegara yang beragam, dengan tetap memperhatikan batasan dan regulasi yang berlaku di daerah wisata.
Direktur Eksekutif BPD PHRI Bali, Ida Bagus Purwa Sidemen menyampaikan bahwa sektor perhotelan telah menerapkan standar usaha berbasis risiko dan sertifikasi kesiapsiagaan bencana, meski implementasi peraturan gubernur yang mendorong hotel bergabung dalam asosiasi masih terbatas dengan baru sekitar 20 persen hotel yang menjadi anggota PHRI.
Ia menambahkan banyak hotel kini menjalankan kebijakan bebas asap rokok yang terbukti lebih disukai tamu, khususnya keluarga, bahkan ada yang melarang karyawan merokok di area hotel. Menurutnya, informasi mengenai produk tembakau alternatif tanpa asap dan tar juga berpotensi menjadi pilihan, asalkan disertai sosialisasi berbasis sains agar seluruh pihak memahami dengan benar.
“Fokus kami adalah menghadirkan pengalaman menginap yang lebih nyaman dan sehat, sehingga standar layanan perhotelan Bali dapat terus meningkat,” ujarnya.