Jakarta Petrokimia Gresik menegaskan pilot project dekarbonisasi dengan teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI membawa angin segar bagi industri berkelanjutan di Indonesia.
Hal ini karena tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon, tapi juga menghasilkan bahan baku untuk kemajuan industri nasional. Teknologi CCU menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon dan mengubahnya untuk produk bernilai tambah. Saat ini Kemenperin melaksanakan pilot project CCU berbasis hidrometalurgi di Petrokimia Gresik.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob menjelaskan bahwa pilot project CCU di Petrokimia Gresik telah berjalan selama kurang lebih satu bulan. Fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan menghasilkan produk samping berupa soda ash dan baking soda.
Produk ini sangat strategis karena kebutuhan dalam negeri, seperti untuk industri kaca dan deterjen, mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dan selama ini seluruhnya masih dipenuhi dari impor.
“CO₂ yang merupakan emisi karbon bisa diubah menjadi produk yang dibutuhkan oleh industri. Tapi, PR (Pekerjaan Rumah) kami sekarang adalah bagaimana meningkatkan kapasitasnya hingga 50.000 ton soda ash atau menyerap 20.000 ton CO₂ melalui pilot project ini. Jika proyek ini berhasil, potensinya sangat besar untuk dilakukan pengembangan skala lebih luas,” ujar Daconi.
Ia menambahkan, sebagai produsen pupuk dan bahan kimia dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, Petrokimia Gresik tidak bisa lepas dari potensi emisi karbon. Tanpa upaya penurunan, emisi karbon yang dihasilkan dapat mencapai 2 juta ton per tahun.