Jakarta – Meningkatnya minat kalangan milenial atau Gen Z Indonesia terhadap aktivitas trading online memunculkan kebutuhan edukasi dan perlindungan investor.
Anak muda Indonesia punya potensi besar di dunia finansial digital. Namun, potensi ini hanya bisa terwujud jika diiringi dengan literasi keuangan, kedisiplinan, dan pemahaman risiko,” ujar Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, Jumat (4/7/2025).
Brahmantya menilai, dalam beberapa tahun terakhir, platform trading digital makin mudah diakses. Kemudahan teknologi, tutorial daring, serta narasi kebebasan finansial di media sosial (medsos) menjadikan trading sebagai pilihan investasi alternatif.
Dengan hanya bermodal ponsel dan koneksi internet, anak muda dapat memperdagangkan saham, valas, hingga aset kripto secara langsung.
Namun, di sisi lain, sebagian besar trader pemula belum paham sepenuhnya konsep manajemen risiko, diversifikasi aset, atau penggunaan fitur stop-loss. Mereka cenderung mengandalkan tutorial singkat, influencer media sosial, dan cerita sukses viral tanpa analisis kritis.
Trading bukan cuma soal grafik dan angka, tetapi juga permainan psikologis yang menuntut ketahanan mental,” ungkapnya.
Marak Penipuan Berkedok Investasi
Selain risiko finansial dan psikologis, Finex juga mencermati maraknya penipuan digital yang berkedok investasi. Fenomena ini menyeret banyak anak muda terjebak skema ponzi dari platform ilegal yang menawarkan imbal hasil tidak realistis.
Menurut dia, Indonesia memiliki keunggulan geografis yang dapat dimanfaatkan optimal. Zona waktu Indonesia memungkinkan pelaku pasar mengakses sesi perdagangan Asia di pagi hari, Eropa di siang dan sore hari, serta Amerika di malam hari.
Hal ini memberi fleksibilitas dan peluang untuk mengikuti pergerakan pasar global sepanjang hari. Namun keunggulan ini akan sia-sia tanpa pemahaman dasar yang dibarengi strategi yang matang,” ujar Brahmantya.