Jakarta – Purchasing Manufacturing Index (PMI) Manufaktur Juli 2025 tercatat masih bertahan di zona kontraksi. Meskipun mengalami kenaikan menjadi 49,2 dari sebelumnya 46,9 di Juni 2025.Â
Untuk itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan sejumlah paket stimulus pada semester II 2025 guna mendongkrak sektor manufaktur nasional.Â
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, kebijakan yang ditempuh meliputi fasilitas pembiayaan bagi industri padat karya, optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta percepatan deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha.Â
Respons kebijakan terkait perdagangan global disiapkan, mengantisipasi munculnya berbagai risiko tekanan. Implementasi kebijakan yang tepat sasaran diyakini mampu menjaga stabilitas produksi, memperkuat daya saing ekspor, serta mendukung kesinambungan pemulihan dan ketahanan ekonomi nasional, ungkapnya, Minggu (3/8/2025).
Sebagai perbandingan, Febrio menyebut PMI manufaktur di beberapa negara kawasan Asia pun masih terjadi pelemahan. PMI Manufaktur Jepang kembali terkontraksi dengan indeks turun ke level 48,9 (Juni: 50,1), sementara Korea Selatan terkontraksi lebih dalam ke level 48,0 (Juni: 48,7).Â
Perkembangan ini mencerminkan tantangan pemulihan sektor manufaktur global masih berlangsung. Bagi Indonesia, penurunan tarif AS atas produk ekspor Indonesia meredakan risiko tekanan bagi sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur, imbuhnya.Â