Jakarta – Salah satu pendiri dan direktur pelaksana perusahaan perekrutan dan kepegawaian Flourish, Sarah Skelton mengungkapkan saat ini beberapa industri tidak lagi mempedulikan gelar formal.
Ia menuturkan,banyak perusahaan yang lebih memprioritaskan perekrutan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, dilansir dari CNBC Make It, Selasa, (8/7/2025).
Angkatan 2025 memasuki pasar kerja yang penuh tantangan dan kompetitif. Menurut data dari Federal Reserve Bank of New York tingkat pengangguran lulusan baru mencapai 5,8 persen pada Maret, hal ini menunjukan kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 4,6 persen.
Sementara itu, freshgraduate yang “setengah menganggur” atau bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan gelarnya naik dari 40,6 persen pada tahun lalu menjadi 41,2 persen per Maret 2025. Kondisi ini diperparah oleh kehati-hatian para pemberi kerja dalam merekrut, karena ketidakpastian global yang dipicu kebijakan tarif yang berubah-ubah, rekrutmen yang dibekukan, dan gencarnya penggunaan kecerdasan buatan.
Di tengah sulitnya mencari pekerjaan banyak lulusan baru yang keliru dengan berpikir bahwa gelar akademis saja sudah cukup untuk menjamin mendapatkan pekerjaan padahal kenyataannya tidak semudah itu.
Kadang saya melihat ada anggapan seperti ini: ‘Saya sudah kuliah, saya punya gelar, jadi saya pantas langsung masuk ke level tertentu’, ujar Skelton, yang sepanjang kariernya telah membantu lebih dari 1.000 lulusan mendapatkan pekerjaan.
“Sedangkan orang lain yang mungkin sudah lulus sekolah, sudah [bekerja], siap kerja, dan bisa menunjukkan keterampilan, serta sedikit lebih haus akan hal itu — beberapa bisnis lebih menyukai hal itu,” tambahnya.
Ia juga menyebutkan hal itu tentu saja tetap bergantung pada industrinya. Meskipun gelar mungkin kurang menjadi pertimbangan saat merekrut karyawan untuk posisi bisnis atau penjualan, gelar akan lebih penting untuk industri lain seperti kedokteran.