Jakarta Bank Indonesia (BI) membocorkan salah satu strateginya dalam menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah (IDR) di tengah ketidakpastian pasar global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan bahwa salah satu strategi andalan BI saat ini adalah kebijakan smart intervention, yaitu melalui intervensi cermat dan terukur yang difokuskan pada pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore.
Denny mengungkapkan, pendekatan ini mulai menunjukkan hasil yang positif.
Seperti diketahui, Rupiah (IDR) terus menunjukkan penguatan dalam beberapa hari terakhir, ketika pasar global tengah dilanda ketidakpastian.
Data Bloomberg pada Senin (26/5) menunjukkan, Rupiah telah menguat hingga 5,50 poin atau 0,03 persen ke level Rp 16.212 per dolar AS (USD).
“Bank Indonesia akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil, dan tentunya BI sudah akan mengoptimalkan instrumen yang ada, melakukan intervensi di pasar offshore, melakukan intervensi di pasar sport, pasar DNDF, dan juga apabila diperlukan BI akan melakukan transaksi, terutama pembelian di pasar SBN di dalam negeri,” ungkap Denny.
Tantangan Global
Namun, BI menyadari tantangan global belum mereda. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi prioritas utama.
“Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya. Karena memang sama-sama kita ketahui, sebagaimana juga dengan pendapat atau pandangan dari Pak Gubernur, bahwa perkembangan global masih tidak pasti,” jelas Denny.