Jakarta Kesepakatan pemangkasan tarif dagang hingga 115% antara AS dan China terjadi tepat saat kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump menimbulkan dampak pada rantai pasok di kawasan Amerika dan Asia.
Mengutip CNBC International, Rabu (14/5/2025) Indeks Volatilitas Rantai Pasokan Global GEP mencatat penurunan tajam dalam aktivitas pembelian pada bulan April 2025, setelah tergesa-gesa menimbun pasokan.
“Penghentian sementara tarif merupakan kelegaan besar bagi produsen di AS dan China,” kata John Piatek, wakil presiden konsultan GEP.
Indeks Volatilitas Rantai Pasokan kami menunjukkan permintaan manufaktur di China menurun tajam, dan produsen AS secara agresif menimbun input utama untuk menahan tarif,” ungkapnya.
Namun menurut Piatek, penurunan tarif AS-China belum dapat meredakan kecemasan produsen AS tentang cara mengurangi risiko terkait dalam jangka panjang.
Data Indeks Volatilitas Rantai Pasokan Global
Indeks Volatilitas Rantai Pasokan Global GEP melacak kondisi permintaan, kekurangan, biaya transportasi, inventaris, dan tumpukan barang berdasarkan survei bulanan terhadap 27.000 bisnis.
“Saat mereka bermanuver untuk mengurangi risiko dan membatasi paparan terhadap China, lanskap yang berubah dengan cepat dan ketidakpastian mengaburkan prospek produsen dan melemahkan investasi modal dan rantai pasokan mereka,” jelasnya.
Pukulan pertama perang tarif telah menimpa produsen global, kata Piatek.
Data tersebut menunjukkan peningkatan seperti tongkat hoki pada bulan April, menurut Piatek, dengan perusahaan-perusahaan di Amerika secara agresif menimbun inventaris pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Data GEP juga menunjukkan peningkatan kapasitas cadangan di seluruh rantai pasokan Asia pada April 2025, yang dipimpin oleh China, Taiwan, dan Korea Selatan.