Jakarta – Pengusaha memandang pentingnya pengembangan industri hijau di Indonesia. Namun, pengembangan ini tak bisa dilakukan secara tergesa-gesa agar tidak salah langkah.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam mengacu pada industri hijau di Eropa misalnya yang malah berdampak buruk. Termasuk menciptakan green inflation, yakni kenaikan harga barang imbas transisi ke ekonomi hijau yang terburu-buru.
Jadi memang enggak gampang, kita harus belajar pengalaman negara-negara Eropa. Negara Eropa juga sangat berambisi menjadi leaders di industri hijau, tapi akibatnya over investment, akibatnya terjadi green inflation, ungkap Bob, ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Jadi enggakk boleh juga kita terlalu agresif tanpa memikirkan financing-nya dan segala sesuatu, oleh karena itu kita harus wise (bijak), imbuhnya.
Bob menyampaikan, target terdekatnya sekarang adalah memastikan penurunan emisi karbon itu bisa tercapai pada 2030. Caranya melalui penerapan energi baru terbarukan (EBT).
Kendati begitu, penerapan ini tak bisa dilakukan sembarangan. Langkahnya harus berbarengan dengan upaya efisiensi biaya, sehingga pendanaannya menjadi lebih rasional.
Sebab kalau kita hanya mengandalkan renewable energy (EBT) itu akan mahal sekali, tapi kalau kita combine dengan efisiensi, cost kita turun di sini. Cost kita turun ini, ini bisa di complementary dengan penemuan energi terbarukan. Jadi energi terbarukan dan efisiensi ini harus, kalau enggak cost-nya akan melambung tinggi, pintanya.