Jakarta – Perayaan Idul Adha di antara masyarakat muslim di seluruh Indonesia identik dengan tradisi pemotongan hewan kurban, hingga kegiatan masak dan makan bersama keluarga serta kerabat terdekat.
Namun, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan momen idul adha tidak mendorong pengeluaran masyarakat secara signifikan.
Lantaran, masyarakat cenderung berada di sekitar rumah dan tidak melakukan perjalanan dan berbelanja di mal atau pusat perbelanjaan. Hal ini memberikan dampak yang relatif kecil pada perekonomian domestik.
“Idul Adha jadi momen yang lebih menguatkan kohesi sosial lingkungan sekitar. Memasak dan memakan daging kurbannya juga di rumah,” kata ungkap Bhima kepada www.wmhg.org di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Alhasil, efek ke pendapatan transportasi hingga restoran dan perhotelan jauh lebih kecil dibanding momen libur lebaran Idul Fitri dan natal-tahun baru, jelas Bhima.
Kedua, jika ada kenaikan ekonomi maka lebih terkait transaksi jual beli hewan kurban. Bhima menyebut, daerah sentra penghasil sapi dan kambing yang akan mendapat manfaat dari hasil transaksi sekitar Rp18-19 triliun per tahun.