Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menepis anggapan Indonesia masuk dalam masa deindustrialisasi. Dia membeberkan bukti kalau Nilai Tambah Manufaktur Indonesia setara dengan negara-negara maju.
Saya ingin mempertanyakan pada para pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang masuk atau sudah masuk ke dalam tahap deindustrialisasi, itu salah, tegas Menperin Agus Gumiwang dalam New Energy Vehicle Summit 2025, di Jakarta, dikutip Rabu (7/5/2025).
Mengacu pada data Bank Dunia dan United Nations Statistics, Nilai Tambah Manufaktur atau Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia berada pada posisi USD 255,96 miliar di 2023. Meski data terbaru pada 2024 belum terbit.
Angka ini merupakan angka yang tertinggi dalam sejarah Indonesia. Dan pada tahun 2023, Indonesia sudah berhasil menempatkan diri dalam Manufacturing Value Added pada posisi ke-12 besar di dunia, ke-12 besar di dunia, jelasnya.
Jika dibandingkan pada tingkat regional Asia, Indonesia masuk dalam posisi 5 besar di bawah China, Jepang, India dan Korea Selatan. Indonesia menjadi yang tertinggi untuk negara-negara ASEAN.
Dan kini, nilai MVA yang dicatat oleh Indonesia, itu setara dengan beberapa negara industri maju atau beberapa negara yang sudah dikenal sebagai industri maju, seperti Inggris, Rusia, Prancis, tuturnya.
Dia juga menjelaskan, rata-rata MVA Global adalah sebesar USD 78,73 miliar. Sementara itu, rata-rata nilai MVA Indonesia berada di USD 102,85 miliar, yang menunjukkan nilai yang lebih tinggi.