Jakarta – Layanan paylater atau Buy Now, Pay Later (BNPL) semakin populer di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Layanan ini memungkinkan pengguna membeli barang atau jasa sekarang dan membayarnya di kemudian hari, baik secara cicilan maupun dalam satu kali bayar.
Namun, di balik kemudahannya, paylater menyimpan potensi risiko finansial jika tidak digunakan dengan bijak. Berikut adalah hal-hal penting yang perlu ketahui tentang layanan paylater:
Cara Kerja Paylater
Paylater bekerja seperti kredit jangka pendek tanpa kartu kredit. Setelah pengguna disetujui, mereka dapat membeli barang dan membayarnya nanti. Penyedia layanan seperti Kredivo, Akulaku, Traveloka PayLater, hingga layanan BNPL global seperti Klarna dan Afterpay menetapkan limit tertentu dan tenor yang bervariasi, mulai dari 30 hari hingga 12 bulan.
Menurut laporan McKinsey (2022), BNPL tumbuh pesat karena memberikan alternatif yang lebih cepat dan mudah dibandingkan kartu kredit tradisional, terutama di kalangan masyarakat unbanked atau underbanked.
Risiko Paylater
Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat pula sejumlah risiko yang harus diwaspadai. Laporan dari Consumer Financial Protection Bureau (CFPB) Amerika Serikat pada 2023 mengungkapkan 43% pengguna BNPL mengalami kesulitan membayar cicilan tepat waktu, dan 32% bahkan harus berutang dari sumber lain untuk melunasi tagihan mereka.
Risiko yang mengintai dalam paylater salah satunya adalah bunga dan biaya tersembunyi. Beberapa penyedia mengenakan bunga yang cukup tinggi jika pengguna gagal membayar tepat waktu, bahkan dapat mencapai lebih dari 30% per tahun.
Selain itu, kemudahan bertransaksi dapat mendorong perilaku konsumtif dan belanja di luar batas kemampuan. Tidak sedikit pengguna yang tergoda menggunakan paylater dari berbagai platform sekaligus, sehingga utang menumpuk dan sulit dilunasi.