Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan penyebab utama di balik melambatnya surplus neraca perdagangan Indonesia yang hanya mencapai USD 160 juta pada April 2025. Angka ini merupakan yang terendah sejak Mei 2020, meskipun Indonesia tetap mencatatkan surplus selama 60 bulan berturut-turut.
Menurut Budi, secara kumulatif ekspor Indonesia pada Januari hingga April 2025 memang meningkat 6,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, penurunan signifikan terjadi pada Maret dan April.
Jadi, kita ekspor Januari-April dibanding tahun lalu naik memang ya 6,65%. Tetapi Maret-April mengalami penurunan. Jadi setelah kami cek juga di beberapa negara Seperti di Malaysia, Filipina, Vietnam, kita analisa yang pertama kemarin awal April itu masih libur Lebaran ya Jadi masih banyak karena libur sehingga ekspor juga berkurang,” kata Mendag saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Selain faktor domestik, kondisi global juga turut memengaruhi performa ekspor Indonesia. Budi menjelaskan kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump turut memberikan dampak yang luas, termasuk bagi negara-negara ASEAN.
Terkait kebijakan Trump. Ya apalagi kemarin waktu kami ketemu teman-teman Mendag di Kuala Lumpur waktu KTT ASEAN, kita juga ngobrol ternyata pengaruhnya bagi masing-masing sangat besar bahkan banyak eksportir yang cenderung masih menunggu,” jelasnya.
Ia menambahkan, bukan hanya ekspor ke Amerika Serikat yang terdampak, melainkan ekspor ke negara lain pun ikut melambat karena efek domino dari ketidakpastian global tersebut.
Jadi, tidak hanya sekedar ekspor ke Amerikanya tetapi ekspor ke negara lain pun juga saling menunggu. Apalagi sekarang sepertinya belum ada kejelasan lagi begitu Kita juga masih menunggu untuk dijadwalkan negosiasi yang kedua,” ungkapnya.