Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso berharap tarif balasan atau tarif resiprokal Amerika Serikat dihapus terhadap barang asal Indonesia, termasuk furnitur. Harapannya, hal itu akan memudahkan produk asal Indonesia masuk ke negara tersebut.
Budi menyampaikan, nilai ekspor furnitur ke AS mencapai Rp 1,64 miliar. Ini setara dengan 5,57 persen pangsa pasar produk Indonesia di negeri Paman Sam. Dia menjelaskan, jika dikenakan tarif resiprokal, biayanya akan meningkat, saat ini tarif furnitur RI sekitar 3 persen.
Jadi kalau, ini misalnya contohnya furnitur ya, furnitur itu berapa persen, Pak? 3 persen kalau salah ya? 3 persen, itu kalau ditambahkan resiprokal 32 (persen), ya berarti jadi 35 (persen) sebenarnya, ungkap Budi Santoso dalam Peluncuran IFEx 2026, di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Dia berharap tarif resiprokal itu dihapus, sehingga besaran yang berlaku untuk furnitur RI tetap 3 persen. Saat ini pun, dalam 90 hari sejak pengumuman tarif baru Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif dasar 10 persen.
Kendati begitu, Budi bilang importir furnitur asal Indonesia cenderung tidak ingin membayar besaran tarif tersebut dan meminta diskon dari pengirim daei Indonesia. Ini menjadi beban biaya yang harus dikeluarkan eksportir furnitur Tanah Air.
Makanya kita minta supaya resiprokalnya hilang. Kalau resiprokal hilang berarti tetap 3 persen. Sekarang selama 90 hari hanya dikenakan baseline 10 persen. Jadi 10 tambah 3. Tapi importir Amerika ini juga gak mau bayar juga tuh bea masuknya. Maunya didiskon 10 persen, diskon ke eksportirnya, tuturnya.