Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka potensi pemanfaatan laut Indonesia untuk sektor energi baru terbarukan (EBT). Itu disampaikan kepada publik dunia dalan perhelatan Our Ocean Conference (OOC) ke-10 di Busan, Korea Selatan pada 28-30 April 2025 lalu.Â
Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut KKP Kartika Listriana meyakini, lautan di Indonesia menyimpan potensi untuk sumber EBT yang begitu banyak. Semisal dari ladang angin (wind farm) untuk mengoperasikan turbin angin, tenaga matahari (surya), hingga gelombang laut alias ombak. Â
Kita punya laut, kita bisa create EBT melalui wind farm. Kemudian juga PLTS, floating mungkin menggunakan laut dan perairan darat kita. Belum sumber-sumber EBT lain seperti dari wave yang juga mungkin itu juga sedang di-research, ujarnya dalam sesi konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Selain itu, Kartika juga hendak mendorong agar Indonesia bisa lebih meningkatkan daya saingnya pada sektor strategis lain. Khususnya potensi ekonomi di bidang kelautan dan perikanan untuk pengembangan EBT.Â
Namun, KKP tidak bisa sendiri. Lantaran sektor energi baru terbarukan merupakan tugas lintas sektoral, khususnya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).Â
Sekarang sedang proses ke sana. Kita juga pasti akan komunikasi dengan teman-teman dari kementerian sektor terkait, khususnya di ESDM, kata Kartika.Â
Target RUKN 2035
Adapun target energi baru terbarukan (EBT) dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060 sebesar 75,6 gigawatt (GW) pada 2035 membutuhkan akselerasi, terutama dalam pengembangan energi surya dan angin.Â
Perencanaan strategis dan pemantauan ketat diperlukan agar proyek-proyek prospektif dengan total kapasitas 45 GW yang terdata oleh Global Energy Monitor (GEM) dapat terealisasi tepat waktu.
Menurut laporan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), tenaga surya menjadi solusi utama untuk mempercepat pencapaian target energi baru terbarukan.Â