Jakarta Rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi tercatat melemah sebesar 34 poin atau 0,21 persen ke level 16.299 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di 16.265 per dolar AS.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah pada Selasa pagi (17/6) masih mengalami konsolidasi di kisaran 16.200 hingga 16.300 per dolar Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, pelaku pasar global saat ini masih mencermati situasi geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Iran dan Israel, yang menjadi faktor utama ketidakpastian pergerakan mata uang.
Rupiah belum bergerak signifikan, masih berkonsolidasi. Pasar menunggu arah perkembangan konflik Iran-Israel. Tidak adanya eskalasi lanjutan sementara membuat pelaku pasar cenderung tenang dan kembali melihat aset berisiko, ujar Ariston dikutip dari ANTARA, Selasa (17/6/2025).
Konflik Iran-Israel Menekan Sentimen Pasar
Situasi di Timur Tengah kembali memanas setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Jumat (13/6) meluncurkan operasi militer besar-besaran bertajuk Operation Rising Lion.
Serangan ini menargetkan fasilitas militer dan program nuklir Iran, termasuk ibu kota Teheran. Sejumlah tokoh penting Iran dilaporkan tewas, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri dan beberapa komandan Garda Revolusi serta ilmuwan nuklir.
Iran membalas dengan operasi Operation True Promise 3, menyasar berbagai fasilitas militer dan infrastruktur strategis milik Israel.
Kondisi ini menciptakan kekhawatiran pasar atas potensi eskalasi lebih lanjut yang dapat mengguncang stabilitas regional dan global.