Jakarta Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) mengungkapkan bahwa industri minuman ringan mengalami kinerja yang lemah pada kuartal pertama 2025.
Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo menjelaskan bahwa pelemahan tersebut salah satunya disebabkan oleh daya beli masyarakat yang lesu.
Kondisi ini terjadi meski adanya momen Ramadan dan Lebaran di kuartal pertama, di mana volume penjualan mengalami penurunan.
Kita melihat datanya kurang baik, industri minuman secara keseluruhan termasuk AMDK minus 1,3 persen. Datanya menunjukkan bahwa lebaran tahun ini tidak seindah yang kita bayangkan,” ujar Triyono dalam konferensi pers di Jakarta Selatan Rabu, (14/5/2025).
Data ASRIM juga menunjukkan bahwa pertumbuhan industri minuman ringan terus menunjukkan tren penurunan sejak semester II-2024, di mana tumbuh hanya 1,2 persen pada 2024 dibandingkan 3,2 persen pada tahun 2023.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria menjelaskan bahwa turunnya kinerja industri minuman ringan disebabkan oleh menurunya daya beli masyarakat.
Faktor lainnya, yaitu inflasi pada komponen industri.
(Pelemahan) terjadi dikarenakan beberapa tantangan signifikan seperti terus menurunnya daya beli masyarakat, tekanan inflasi pada komponen industri, ketegangan dagang global dan kebijakan baru dari Amerika Serikat,” katanya.
Data BPS juga menunjukkan bahwa IHP (Indeks Harga Produsen) sektor akomodasi, penyediaan makanan minuman mengalami tekanan harga tertinggi, pada triwulan I-2025 naik 0,56 persen terhadap triwulan IV-2024 (q-to-q) dan naik 2,84 persen terhadap triwulan I-2024 (y-on-y) yang dapat berdampak pada harga konsumen dan margin pelaku usaha di sektor tersebut pada 2025.
Data-data awal ini menunjukkan adanya tantangan ekonomi yang perlu kita antisipasi bersama.Pelemahan permintaan domestik dapat berimplikasi pada sektor-sektor konsumsi seperti makanan danminuman,” ungkap Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal.