Jakarta Pemerintah Indonesia terus memantau dampak dari eskalasi konflik global terhadap kondisi ekonomi nasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah, disertai perang dagang, telah memicu tekanan pada ekspor nasional, nilai tukar rupiah, dan harga komoditas global.
Dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2025, Sri Mulyani menyatakan bahwa kombinasi inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi global menciptakan risiko serius bagi Indonesia.
Ia menyoroti bahwa pelemahan permintaan global akan berpengaruh langsung terhadap sektor ekspor Indonesia.
Harga komoditas naik bukan karena mekanisme pasar biasa, tetapi karena disrupsi, tegasnya, ditulis Rabu (2/7/2025).
Sektor Infrastruktur Hadapi Tantangan Baru
Dalam konteks ketidakstabilan global, sektor pembangunan infrastruktur nasional turut merasakan dampaknya. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menekankan pentingnya menjaga arah pembangunan berkelanjutan di tengah situasi ini.
Perusahaan tersebut menggarisbawahi perlunya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mempercepat transisi menuju infrastruktur hijau.
Chief Investment Officer IIF, M. Ramadhan Harahap (Idhan), menjelaskan bahwa konflik di Timur Tengah menciptakan tekanan langsung terhadap harga minyak global dan menyebabkan volatilitas tinggi di sektor pembiayaan.
“Cost of capital meningkat, terutama untuk proyek-proyek yang masih tergantung pada energi fosil atau komponen impor,” ungkapnya, Rabu (2/7/2025).