Jakarta PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) berupaya mengurangan emisi karbon pada sektor kelistrikan dengan memanfaatkan hidrogen. Ini merupakan bagian dari strategi besar PLN untuk mendukung target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia pada tahun 2060.
Direktur Gas dan BBM PLN EPI, Rakhmad Dewanto mengatakan, sektor ketenagalistrikan saat ini menyumbang sekitar 310 juta ton CO₂ per tahun. Tanpa ada upaya untuk mengurangi produksi karbon, angka tersebut diproyeksikan melonjak hingga 1.057 juta ton CO₂ pada tahun 2060.
“PLN tidak bisa terus menjalankan skenario business-as-usual. Oleh karena itu, melalui skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED), PLN memproyeksikan kapasitas cofiring hidrogen dapat mencapai 41 GW pada 2060 untuk mencapai NZE,” kata Rakhmad, Rabu (30/4/2025).
Pengembangan green hydrogen dan ammonia menjadi salah satu inisiatif penting PLN untuk melengkapi pengembangan renewables energy, smart grid, dan CCS untuk mendukung keberhasilan dekarbonisasi.
PLN telah merealisasikan beberapa proyek penting termasuk pendirian Green Hydrogen Plant (GHP) di 21 lokasi di pada Oktober-November 2023, pendirian Green Hydrogen dari Geothermal dan fasilitas pengisian bahan bakar hidrogen (HRS) di Senayan pada Februari 2024, Hydrogen Cofiring untuk PLTG Pesanggaran di Desember 2024, Hydrogen Fuel Cell di Gili Ketapang dan Ammonia cofiring untuk PLTU Labuan di Februari 2025.
“Selanjutnya, PLN akan melanjutkan uji coba hydrogen cofiring untuk PLTGU Tambak Lorok dan Priok. Sementara pengembangan hydrogen fuel cell sebagai pelengkap renewable untuk micro grid akan dikembangkan di Medang Island, Rengat, Suge dan Waingapu. Hydrogen Fuel Cell ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan diesel di daerah yang terpisah dari jaringan. Langkah berikutnya adalah studi untuk pengembangan pabrik hydrogen di Jambi dan Green Ammonia di Dawuan.” kata Rakhmad.