Jakarta Kepala Ekonom Asia-Pasifik di S&P Global Ratings, Louis Kuijs menyoroti dinamika eksternal yang tengah dihadapi negara-negara Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, di tengah ketegangan dagang dan perlambatan ekonomi global.
Menurutnya, kenaikan tarif dari Amerika Serikat dan melemahnya permintaan dari Tiongkok menjadi tekanan utama bagi prospek ekspor kawasan ini.
Namun, Indonesia dinilai lebih tangguh dibandingkan negara-negara lain yang lebih mengandalkan ekspor. Fondasi ekonomi domestik yang kuat memberikan bantalan terhadap guncangan eksternal.
“Ekonomi APAC yang bergantung pada ekspor paling terpengaruh, yang paling tidak terpengaruh adalah ekonomi yang lebih berorientasi pada permintaan domestik seperti Indonesia,” ujar Kuijs dalam acara Seminar PEFINDO dan S&P Global Ratings, Rabu (7/5/2025).
Dalam kondisi global yang cenderung melemah, Kuijs juga menyoroti arah kebijakan moneter di kawasan Asia-Pasifik, termasuk kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh bank sentral.
Ia memperkirakan Bank Indonesia akan mengikuti tren penurunan suku bunga, meskipun tetap mewaspadai volatilitas nilai tukar.
“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada tahun 2025. Pelemahan mata uang bisa menjadi alasan BI memangkas lebih sedikit,” pungkasnya.